Adapun keputusan kontroversi yang disebut merugikan Indonesia, Bung Ropan memberikan gambaran.
Tendangan penalti pertama yang sukses dilakukan oleh Ilaix Moriba pada menit 29, membuat Indonesia tertinggal 0-1.
Namun sebelum hukuman tersebut diputuskan, Witan Sulaiman yang terlibat kontak pemain lawan, terjadi di luar kotak penalti.
"Jika saja ada VAR, mungkin penalti itu tidak akan terjadi," jelas Bung Ropan.
BACA JUGA:Kalah 0-1 Dari Guinea, Pupus Sudah Mimpi Cabor Sepabola Berlaga di Olimpiade Paris 2024
Keputusan kontroversi lainnya, saat pengadil lapangan itu memberikan hukuman penalti kedua kepada Indonesia.
Meskipun tidak berujung gol, namun sapuan yang dilakukan Dewangga kepada pemain lawan, bukan merupakan bentuk pelanggaran.
Untuk meyakinkan hal tersebut, Bung Ropan melakukan pengamatan sendiri lewat tayangan lambat yang diputar beberapa kali.
"Dewangga melakukan sapuan bersih tapi diputuskan pelanggaran," ucapnya.
Meski begitu, Bung Ropan meminta Pasukan Garuda Muda tidak berkecil hati, masih ada beberapa pertandingan internasional lainnya yang bakal dijalani.
Menurutnya, perjuangan pemain muda tersebut sudah melampaui target yang sudah ditetapkan PSSI di kejuaranan Piala Asia U23 2024 kemarin.
Karena menurutnya, target awal dari PSSI hanya lolos babak 8 besar, ternyata Skuad Garuda Muda mampu finis di 4 besar.
Dengan begitu, meskipun gagal di babak playoff melawan Guinea untuk tiket Olimpiade Paris 2024, bukan hal yang harus disesali.
"Target ke Olimpiade muncul ketika kita (Timnas Indonesia U23) berhasil masuk semifinal, jadi bukan target dari awal," paparnya.
Dalam pertandingan Indonesia vs Guinea di babak playoff, anak asuh Shin Tae Yong (STY), kalah tipis 0-1.
Gol kemenangan Guinea U23, dilesakan Ilaix Moriba pada menit 29 lewat titik putih.