Densus Tangkap 7 Pemuda

Rabu 26-01-2011,07:42 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KLATEN - Setelah sebulan terakhir diteror dengan bom di beberapa tempat akhirnya tim Densus 88 Mabes Polri berhasil menangkap tujuh orang yang terduga teroris. Mereka diduga kuat menjadi pelaku dalam aksi teror yang terjadi sejak 1 Desember 2010 lalu. Penangkapan tujuh terduga teroris dilakukan tim gabungan Mabes Polri dengan Polda Jawa Tengah. Waktu penangkapan berlangsung cukup cepat, dari lima lokasi yang digrebek polisi hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Lokasi penggerebekan pertama kali dila­kukan di Dusun Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan Klaten Selatan. Di sebuah rumah kontrakan milik war­ga setempat bernama Ambar, tim densus menangkap tiga orang yang diduga terkait dengan jaringan teroris. Satu orang diantaranya bernama Agung (21), merupakan anak dari Subandi (50). Bersama dua orang temannya, yaitu Yudi Angoro (21) dan Dodi Aparisanto (21), diamankan tim densus sekitar pukul 10.00. Penangkapan yang berlangsung cepat membuat warga sekitar kaget. Ketika itu mereka melihat ada beberapa mobil menuju gang rumah kontrakan didatangi beberapa mobil. Setelah berhenti beberapa orang yang merupakan anggota tim Densus 88 keluar dan mengepung rumah yang ditempati Agung. Selang beberapa menit kemudian, polisi bersenjata lengkap sudah membawa keluar empat orang dari dalam rumah. Mereka kemudian dimasukan ke Mobil Isuzu Elf berwarna metalik. Polisi kemudian menggeledah rumah nomor dua dari gang dusun tersebut. Namun penggeledahan tidak berlangsung lama, ada kekhawatiran tentang adanya bahan peledak (handak) di dalam rumah. Polisi menunggu tim gegana dari Polda Jawa Tengah untuk menggeledah lebih lanjut. Tentu saja banyaknya polisi di sekitar lokasi kejadian mengundang perhatian ratusan warga sekitar yang ingin menyaksikan lebih dekat. “Saya kaget saat ada mobil yang parkir dekat warung saya. Polisi berlari menuju rumah yang ditempati Pak Bandi. Saya tidak tahu berapa orang yang dibawa polisi,” ujar Sunarto (45), salah satu tetangga. Penangkapan kemudian berlanjut ke Desa Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah. Di lokasi tersebut poli­si menangkap satu orang terdu­ga teroris bernama Arga Wiratama (21). Remaja yang masih berstatus kelas III SMKN di Klaten ini kemudian digelandang polisi. Perburuan belum berhenti sampai disitu, polisi terus bergerak untuk menangkap terduga lain. Mereka menuju ke arah timur yaitu Kecamatan Trucuk. Di Desa Karangpakel polisi berhasil mengamankan satu terduga teroris yang bernama Joko Lelono (19). Dia juga masih berstatus sebagai siswa kelas IV SMK negeri di Klaten. Polisi terus koordinasi untuk menangkap tersangka lain. Daerah yang dituju berikutnya adalah Desa Mutihan, Kecamatan Gantiwarno. Di daerah yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta ini kemudian polisi berhasil meringkus satu tersangka bernama Nugoro Budi Santoso. Sama seperti terduga teroris sebelumnya dia masih berusia remaja yaitu 21 tahun. Yang merupakan siswa SMK negeri di Klaten. Upaya penangkapan teroris masih terus berlanjut  ke wilayah Klaten Kota. Di Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah polisi berhasil menangkap satu orang lagi yang bernama Tri Budi Santoso (20). Dalam penangkapan kali ini polisi mengamankan perangkat komputer, yaitu satu unit CPU dan monitor. Perangkat tersebut diduga sebagai salah satu alat untuk merangkai bahan peledak. Kapolda Jawa Tengah Kapolda Jateng Irjen Edward Aritonang me­ngatakan, tujuh tersangka yang ditangkap merupakan satu jari­ngan. Mereka merupakan pela­k­u teror yang sebulan terakhir terja­di di ditujuh lokasi di wilayah Klaten. “Selama sebulan melakukan penyelidikan, kami berhasil menemukan bukti untuk menangkap jaringan ini. Apakah ada kaitannya dengan jaringan lain, kami masih terus dalami. Untuk saat ini mereka masih menjalani pemeriksaan intensif,” ujarnya saat melakukan ekpose pasca penangkapan. Satu Sekolah Penangkapan terduga teroris di Klaten kemarin (25/1) mengejutkan banyak pihak. Karena dalam waktu sekitar tiga jam ada lima lokasi yang berhasil digrebek tim Densus 88 Mabes Polri. Yang lebih mengejutkan lagi, tujuh orang yang diamankan berasal dari satu sekolah yaitu SMKN 2 Klaten. Dua orang  yaitu Joko Lelono dan Arga Wiratama masih berstatus pelajar dari sekolah tersebut. Keduanya sedang menjalan praktik kerja lapangan (PKL) di Solo. Pada pertengahan  Februari nanti baru selesai. Kepala SMKN 2 Klaten Muhammad Soleh mengatakan, dua orang yaitu Joko Lelono dan Arga Wiratama tercatat sebagai siswa jurusan teknik elektro. Untuk lima orang yang lain apakah merupakan alumni SMKN 2 Klaten masih akan koordinasi dengan polisi. “Kalau yang lain, kami belum bisa memberikan keterangan resmi. Karena besok (hari ini) rencana kami akan minta keterangan pada polisi. Yang sudah jelas adalah dua orang masih tercatat sebagai siswa di sekolah kami,” ujarnya. Selain koordinasi dengan polisi, sekolah  juga akan mengecek buku alumni SMKN 2 Klaten.  Tujuannya untuk mencocokan data yang diperoleh dengan daftar alumni. Namun penelusuran Radar Solo (Grup Radar Cirebon) di lapangan, cukup membuktikan bahwa lima orang yang juga ditangkap Tim Densus 88  merupakan alumni SMKN 2 Klaten. Untuk Tri  Budi Santosa lulus sekolah setahun yang lalu. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan jamu herbal di Dusun Krapyak, Desa Merbung, Kecamatan  Klaten Selatan. Sedangkan untuk, Agung dan dua temannya juga sama. Mereka baru lulus  setahun  lalu. Selama ini Agung oleh tetangga dikenal sebagai anak yang pendiam. Kesehariannya adalah bekerja sebagai tukang batu. “Dia lulusan SMKN 2 Klaten baru tahun lalu selesai sekolah. Kami juga kaget dengan keterlibatan dia dalam jaringan seperti ini (teroris),” ujar Sunarto salah satu tetangga. Tidak hanya kepala sekolah yang terkejut, Plt Camat Klaten Tengah Lilis Yuliati juga sangat kaget saat mendengar kabar bahwa ada dua warga di wilayahnya ditangkap polisi. Saat itu dia sedang rapat di kantor. “Setelah mendapat kabar saya langsung meluncur ke lokasi kejadian. Saya kira hanya satu lokasi di Buntalan. Ternyata satu jam kemudian ada lagi di Desa Jomboran,” ujarnya. Bukti Kaderisasi Penangkapan jaringan teroris di Solo dan Klaten itu membuktikan ideologi terorisme terus hidup. ”Kalau dilihat dari usianya yang muda-muda, sekitar 17 sampai 19 tahun, mereka ini diduga hasil rek­ru­tan baru,” ujar Kadivhumas Ma­bes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta kemarin (25/1). Polisi sejauh ini belum menemukan keterkaitan kelompok Solo ini dengan jaringan lama yang sudah berhasil diungkap sebelumnya. ”Dari delapan yang diamankan, yang paling tua Antok. Dia yang mengorganisir,” kata mantan Kapolda Jatim itu. Delapan orang itu adalah Roky Apres Giyanto alias Antok (28 tahun), Agung, Joko Lelono, Nugroho, Argo, Tribudi, Sigid Purnomo, dan Yudho Anggoro. ”Mereka akan diperiksa di Jakarta,” tambahnya. Jaringan ini diduga berada dibalik teror selama bulan Desember 2010 di wilayah Solo dan Jogjakarta. Misalnya, pada 7 Desember 2010 mereka memasang bom low exsplosive di Pasar Kliwon, Solo dan sebuah gereja. Lalu, pada 23 Desember 2010 kelompok ini berusaha memancing konflik SARA dengan melemparkan roket ke masjid Syuhada, Jogjakarta. Juga, pada  30 Desember 2010 mereka memasang replica bom di Klaten, Jawa Tengah.  ”Tujuannya diduga untuk memancing reaksi  dengan isu sensitif seperti SARA. Tapi, untuk lebih detailnya kita akan pastikan setelah pemeriksaan,” kata Anton. Polisi menduga Antok sebagai pimpinan kelompok berupaya menciptakan sebuah regu peneror untuk bisa berhubungan dengan jaringan teroris yang lebih dalam. ”Antok ini tukang parkir di Solo. Kita sedang selidiki track recordnya apakah pernah bersentuhan dengan kelompok lain,” katanya.  Polisi juga menemukan bahan rakitan bom seperti bubuk hitam, potassium klorat, detonator dan sejumlah rangkaian kabel namun dirangkai secara amatir. Perekrutan terhadap usia remaja pernah dilakukan regu Syaifuddin Zuhri yang sukses meledakkan hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Juli 2009 lalu.  Saat itu, Dani Dwi Permana 18 tahun,  yang baru saja lulus SMU di Bogor menjadi eksekutor dan tewas di  hotel Marriott. Sedangkan eksekutor hotel Ritz Carlton dilakukan oleh Nana Ikhwan Maulana yang berusia 28 tahun. (rdl/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait