Ditambahkan Bayu, sehari sebelumnya, anak-anak diajak berkeliling kawasan persawahan di sekitar sekolah, Selasa 16 Juli 2024.
Guru berhijab asal Kelurahan Sindangkasih ini menambahkan, kegiatan tersebut melibatkan anak-anak SLB-C, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus seperti autisme dan tuna grahita.
"Pada MPLS kali ini, kami mengelompokkan anak-anak sesuai dengan jenjang pendidikan mereka, meskipun kadang-kadang belajar bersama di luar ruangan seperti saat pengenalan ekstrakurikuler," ungkapnya.
BACA JUGA:Mengenal Sosok Syekh Nurjati, Ulama yang Menyebarkan Islam Pertama di Cirebon
BACA JUGA:Kecelakaan Tunggal di Sindangbarang Kuningan, Truk Tangki Terguling Setelah Menabrak Kios Burung
BACA JUGA:Cukur Filipina 6-0, Timnas Indonesia U19 di Mata Indra Sjafri Belum Konsisten
Ia juga mengakui, menjadi guru di SLB, terutama untuk anak-anak berkebutuhan khusus, membutuhkan kesabaran, kecerdikan, dan kreativitas yang ekstra, serta rasa cinta terhadap anak-anak.
Leli Sutisna, orang tua dari siswa SLB-C YPLB Majalengka, menyatakan, cucunya yang memiliki keterbatasan dalam belajar, memilih untuk sekolah di SLB-C YPLB Majalengka.
"Kami memilih SLB-C YPLB Majalengka karena biayanya hanya Rp100 ribu per bulan, yang dianggap sangat terjangkau, meskipun menjadi guru ABK membutuhkan kesabaran ekstra,” ujarnya yang berasal dari Kelurahan Majalengka Wetan ini.*