BACA JUGA:Relawan Basudewa Lakukan Turba, Bangun Masjid di Pegambiran
'Namun, saat ini dapat diproduksi secara sintetis dengan proses yang cukup panjang,” ujar Kepala BNN RI Komjen Marthinus Hukom.
Meski Ayahuasca sudah ada selama lebih dari satu abad, hanya dalam beberapa tahun terakhir ini menarik perhatian para ilmuwan karena manfaatnya masih menjadi perdebatan para ilmuwan.
Ayahuasca disebut-sebut bisa digunakan untuk mengobati pasien dengan gangguan neurologis dan emosional, seperti depresi, kecemasan dan kecanduan.
Hasil itu diketahui dari Jurnal Laporan Gangguan Afektif yang menganalisis data dari Global Survei Ayahuasca Project (GAP) yang melibatkan 11.912 pasien.
BACA JUGA:Inilah Cara BRI Peringati Hari Anak Nasional: Ajak Siswa SD Belajar Tanam Hidroponik
BACA JUGA:Maira Cookies Sukses Jualan Kue dengan Omset Ratusan Juta Berkat Program BRIncubator
Meski ada kabar baik, para ilmuwan masih membutuhkan studi lebih lengkap dan terperinci untuk memahami sumber manfaat Ayahuasca ini.
Menurut laporan GAP, DMT hanya terikat pada reseptor serotonin 5-HT, yang menghasilkan efek halusinasi.
Namun, penelitian terbaru melaporkan bahwa DMT juga berikatan dengan jenis reseptor lain, yaitu reseptor non-serotonergik yang bernama reseptor sigma-1.
BACA JUGA:LPSK Menolak Permohonan Perlindungan 9 Saksi Pembunuhan Vina dan Eky, Begini Alasannya
Reseptor ini tersebar luas di sistem saraf pusat, terutama di korteks prefrontal dan hipokampus.
Para peneliti menemukan bahwa dengan mengikat reseptor S1R ini, DMT kehilangan efek psikoaktifnya, tidak menghasilkan halusinasi atau modifikasi persepsi. (*)