"Penurunan juga terjadi pada nilai aset, Tahun 2022 Rp1.591.368.555 pada Tahun 2023 turun menjadi Rp1.194.287.149. Atau ada penurunan aset dengan nilai Rp397.111.406. Hal ini tidak ada kejelasan dari pengelola," bebernya
Dijelaskan Reno, jumlah aset apotek menurun dari Rp1.591.368.555 pada tahun 2022 menjadi Rp1.194.287.149 pada tahun 2023, penurunan sebesar Rp397.111.406 tanpa penjelasan dari pengelola.
"Beralih dari sisi laba juga mengalami penurunan dari Rp317.675.316 pada Tahun 2022 menjadi Rp172.211.486 pada Tahun 2023, selisih penurunan senilai Rp 145.463.830," jelasnya.
Reno menuturkan, Benjamin Setiabudi berdalih, adanya preferensi masyarakat terhadap BPJS, penjualan eceran, munculnya kompetitor apotek baru, serta pengaruh penjualan online.
BACA JUGA:Dapat Laporan Dugaan Percobaan Penculikan Anak, Polsek Gempol Segera Lakukan Ini..
"Akan tetapi kenyataannya di lapangan, adanya ketidakberesan dalam pengelolaan apotek. Misalnya, stok obat-obatan umum yang sering dibeli konsumen ternyata kosong."
Kemudian diketahui, Benjamin Setiabudi mendirikan beberapa apotek di Wilayah Cirebon menggunakan nama Pasuketan.
Dan nama Pasuketan ini sangat indentik dengan Apotek Pasuketan," ucapnya.
Intinya, lanjut Reno, kliennya menuntut transparansi penuh dalam pengelolaan apotek dan mengharapkan laba berjalan tahun 2024 meningkat hingga Rp1.000.000.000,-.
"Perlu diketahui, pembagian hasil apotek yang diterima Indrawati digunakan seluruhnya untuk kegiatan pendidikan dan sosial kemasyarakatan dengan atas nama Apotek Pasuketan."
BACA JUGA:Pengen Pada Dadi Apa Sih Cung? Tawuran Antarpelajar Kembali Pecah, Nih Lokasinya
"Untuk itu, pihak pengelola agar memperhatikan hal-hal yang diminta oleh klien kami."
"Demi kemajuan dan keberlanjutan Apotek Pasuketan, diharapkan tindakan nyata dari pengelola untuk memperbaiki kinerja dan transparansi usaha ini," pungkasnya. (rdh)