CIREBON, RADARCIREBON.COM -Warga Desa Gemulung Lebak Kecamatan Greged, khususnya di Dusun 3 mengeluhkan sesak napas. Keluhan tersebut diduga akibat produksi pabrik tahu yang menggunakan bahan bakar limbah plastik.
Kuwu Desa Gemulung Lebak, Akman Sodikin mengatakan, banyak warganya yang mengeluhkan sesak pernapasan di sekitar pabrik tahu.
“Banyak warga yang mengeluh dan mengadu ke saya bahwa ketika pabrik tahu tersebut beroperasi itu ada rasa sesak yang dialami oleh masyarakat karena dampak asap pembakarannya dari bahan yang digunakannya,” ujar Akman kepada Radar Cirebon, kemarin.
Lebih lanjut, dikatakan Akman, setelah mendapat laporan warga, pihaknya melakukan penelusuran dan didapati jika pabrik tahu tersebut menggunakan bahan bakar limbah plastik. “Ya, pabrik tersebut menggunakan bahan bakar dari limbah plastik,” ujarnya.
BACA JUGA:Tambah 14 User Baru Per Menit, Berikut Sederet Fakta Menarik Soal BRImo
Kondisi ini, lanjutnya, sangat menganggu masyarakat yang ada di sekitar pabrik olahan tahu itu. “Sisa plastik atau rongsok yang seharusnya didaur ulang secara khusus justru dibakar dengan cerobong asap terbuka yang sangat mencemari lingkungan dan membuat masyarakat yang ada di sekitarnya sangat terganggu khususnya dalam hal pernapasan,” tuturnya.
Dijelaskannya, di desanya ada tiga pabrik tahu, namun hanya satu pabrik yang dikeluhkan warga.
Diakuinya, kondisi tersebut sudah berlangsung cukup lama bahkan sebelum dirinya menjadi kuwu (kepala desa).
“Sama kuwu sebelumnya juga sudah ditegur, lalu beralih menggunakan kayu bakar, itu cuma sebentar dan mereka kembali menggunakan plastik bekas sebagai bahan bakarnya,” ujarnya.
Terpisah, Pengawas Lingkungan DLH Kabupaten Cirebon, Idad mengatakan, pihaknya telah meninjau langsung pabrik tahu di Desa Gemulung Lebak.
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Sesuaikan Harga Pertamax, Tetap Paling Terjangkau
“Hasilnya, memang pabrik tersebut menggunakan limbah plastik sebagai bahan bakarnya. Selain itu juga asapnya yang dihasilkan berwarna hitam pekat, dan cerobong asap terlalu rendah,” ujar Idad.
Diakuinya, keberadaan pabrik tahu yang menggunakan bahan bakar plastik dan cerobong yang terlalu rendah sangat menggganggu pernapasan masyarakat.
Terkait tindak lanjut, pihaknya akan melakukan rapat dengan pimpinan. “Kita akan rapat membahas dengan pimpinan kami dulu terkait tindaklanjutnya,” ujarnya. (den)