Periode Edicaran merupakan periode yang berlangsung sekitar 635 juta tahun yang lalu hingga awal Kambrium pada periode 541 juta tahun yang lalu.
Fosil dan bentuk kerangka luar hewan yang hidup pada pada periode Kambrium memilik tekstur keras, sedangkan fosil hewan yang hidup pada massa Ediancaran berbentuk lunak.
Hewan yang hidup pada periode Kambrium dan Ediancaran antara lain hewan seperti ubur-ubur, anemon laut, cacing dan spons.
Hewan dengan kerangka jaringan lunak sangat sulit sekali untuk diawetkan karena lebih mudah terdegradasi tulang atau bagian kerangka luarnya.
Sisa fosil hewan yang hidup di periode Ediancaran lebih sulit untuk diuraikan namun tidak sedikit juga fosil hewan yang hidup di periode Ediancaran juga sangat mudah untuk diuraikan.
Fosil hewan di periode Ediancaran yang mudah diuraikan contohnya adalah hewan berjenis cacing dickinsonia, yang bentuknya seperti piring makan yang besar dengan ruas-ruas berusuk yang memancar dibagian tengah tubuhnya.
BACA JUGA:Effendi Edo Kantongi Rekom dari Bahlil, Pendaftaran ke KPU Tunggu Hasil Rapat Konsolidasi
"Di luar Ediacaran, tidak ada yang benar-benar mengetahuinya," kata Elizabeth Turner, seorang ahli paleobiologi dari Universitas Laurentian di Ontario, Kanada mengungkapkan kliarifikasinya kepada Live Science.
Satu masalahnya adalah para ilmuwan tidak tahu apa yang harus dianalisa selain di periode Ediancaran, karena para ilmuwan lebih fokus menganalisa hewan-hewan yang hidup di periode Ediancaran.
"Kita primata, kita melakukan pengenalan pola," katanya.
Menurut para peneliti fosil hewan yang paling pertama mungkin sangat sedikit atau bahkan sangat sulit untuk dikenali.
Turner mempresentasikan apa yang dia ajukan sebagai fossil spesimen hewan tertua berjenis spons yang berumur 890 juta tahun yang lalu yang dia sebut dalam sebuah makalah jurnal nature pada tahun 2021, namun tidak semua orang setuju dengan hipotesisnya.
Teori Ubur-ubur Sisir Sebagai Hewan Pertama
Semua bukti yang ditemukan oleh para peneliti sejauh ini tentang fosil spesies hewan purba banyak ditemukan di wilayah bebatuan yang dapat ditentukan penanggalanya secara radiometrik dan isotop yang terdegradasi dengan laju konstan dari waktu ke waktu.
Namun baru-baru ini para peneliti menggunakan metode baru yang bernama metode jam molekuler.
BACA JUGA:Eti Herawati -Suhendrik Resmi Menerima Rekomendasi Dari Prabowo