Namun demikian, Prabu Diaz membenarkan bahwa kedatangan utusan Heru Nursamsi terkait dengan penunjukan Habib Luthfi sebagai Dewan Kelungguhan Kesultanan Cirebon.
Menurut dia, penunjukan Habib Luthfi oleh Pangeran Kuda Putih atau Heru Nursamsi sempat jadi polemik di media sosial dan menimbulkan pertanyaan banyak pihak.
“Kegiatan hari ini diawali beberapa hari yang lalu beredarnya surat, dawuh, yang diberikan kepada Bapak Habib Luthfi bin Yahya di Pekalongan, dari saudara Heru Nursamsi yang mengaku Sultan Sepuh Kasepuhan Cirebon,” tutur Prabu Diaz.
“Dawuhnya itu berisi pengangkatan Habib Luthfi menjadi Ketua Dewan Kelungguhan Kesultanan Cirebon,” imbuhnya.
Menurut Prabu Diaz, pada awalnya Laskar Macan Ali tidak peduli dengan hal tersebut. Tapi belakangan banyak pihak yang menghubunginya perihal dawuh tersebut.
“Intinya menanyakan betul apa tidak. Saya tidak bisa jawab betul atau tidaknya,” katanya.
Setelah itu, Prabu Diaz mengkonfirmasi ke pihak Keraton Kasepuhan Cirebon.
Hasilnya, pihak keraton tidak mengakui adanya dawuh tersebut dan tidak mengakui Heru Nursamsi sebagai Sultan Sepuh.
“Saya juga bertanya kepada sesepuh, bahwa Pak Heru Nursamsi bukan Sultan Kasepuhan Cirebon,” kata Diaz.
Untuk menjaga konflik horisontal, Prabu Diaz berpesan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap hal ini, untuk melihat secara jernih.
Menurut dia, perlu penyelesaian yang serius agar konflik dan saling klaim ini tidak terus menerus terjadi.
Oleh karena itu, dia berencana menggelar diskusi secara maraton dengan melibatkan banyak pihak terutama pemerintah daerah, provinsi dan pusat.
“Saya Prabu Diaz dan Macan Ali, bukan untuk menentukan atau bukan menyangkal tapi menjembatani agar konflik ini segera selesai,” ungkapnya.