Mereka datang menggunakan bus dan umumnya sudah berada di vihara sejak Kamis malam (10/10/2024).
BACA JUGA:Pimpin Laga China vs Indonesia dengan Adil, Wasit Omar Al Ali Tuai Pujian
BACA JUGA:5 Pohon Tumbang, 1 Rumah Ambruk, Dampak Angin Kencang di Kota Cirebon
"Kebanyakan dari mereka menginap," tambah Apuk.
Ritual peringatan selalu berlangsung selama dua hari. Tahun ini, hari H jatuh pada Jumat.
Pada Kamis malam, pukul 20.00 WIB, umat melakukan sembahyang bersama, dilanjutkan dengan makan-makan.
Beberapa orang terjaga hingga larut pagi. "Makan gratis, ambil berkahnya," jelas Apuk.
Ia menambahkan bahwa makanan yang disajikan tanpa daging. Makanan tersebut menyerupai daging, tetapi bukan dari daging.
"Dari terigu. Memang tidak boleh ada daging," tukasnya.
Makanan ini tidak hanya dinikmati oleh warga Tionghoa, tetapi juga oleh warga sekitar vihara atau siapapun yang datang dipersilakan untuk menyantap hidangan.
Di pagi hari Jumat, umat dihibur dengan musik klasik Pat Im, yaitu musik tradisional Tiongkok yang dimainkan dalam bentuk orkestra.
Lagu-lagu yang dibawakan umumnya berbahasa Mandarin.
"Pukul 10, dilanjutkan dengan sembahyang bersama. Jadi ada dua kali sembahyang: saat menyambut, atau malam sebelum hari H, dan saat hari H itu sendiri," terang Apuk.
Pantauan Radar Cirebon pada Jumat siang, warga Tionghoa, termasuk dari luar kota, silih berganti datang.
Mereka melakukan ritual sembahyang, dimulai dari Dewa Thi Kong yang menyambut kedatangan umat, dilanjutkan dengan tujuh dewi, hingga terakhir sembahyang di Dewi Pek Ku Thay Fud.