Oleh: Irwan MT
DALAM perjalanan sebuah bangsa, kebenaran sering kali terbenam dalam kabut kebohongan dan kepentingan sesaat.
Rakyat Indonesia telah menyaksikan bagaimana narasi-narasi dibentuk untuk menjatuhkan individu, menciptakan persepsi yang keliru, dan menghalangi perjalanan kebenaran.
Narasi memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk pandangan publik, menata pemikiran, dan memengaruhi jalannya sejarah.
Salah satu contoh keteguhan seorang patriot di tengah badai disinformasi dan kebencian adalah Prabowo Subianto. Sejak awal perjalanan hidup dan karier politiknya, ia tidak goyah oleh serangan fitnah.
BACA JUGA:Didatangi Tim Verifikasi Penilaian Germas Jabar, Begini Harapan Lurah Kesenden
BACA JUGA:Inilah Inovasi BRI Guna Tingkatkan Pelayanan, Mulai Pinjaman Digital hingga Pemanfaatan AI
Dengan keyakinan bahwa waktu akan memihak pada kebenaran, Prabowo terus melangkah meskipun narasi keliru tentang dirinya berulang kali disebarkan. Seiring waktu, kebenaran selalu muncul sebagai pemenang.
Salah satu narasi yang sering dipelintir berkaitan dengan masa lalu Prabowo di dunia militer. Isu pemberhentiannya dari TNI sering kali disajikan secara keliru, seolah-olah ia "dipecat".
Padahal, Prabowo diberhentikan dengan hormat sesuai aturan TNI dan tetap mendapatkan hak pensiun.
Dengan dianugerahkan pangkat jenderal bintang 4 oleh Presiden Jokowi, narasi sesat tersebut seharusnya sudah tereliminasi.
BACA JUGA:Pendakian di Gunung Ciremai Ditutup, Begini Penjelasan Balai TNGC
BACA JUGA:Berikut Cara Membuka Tabungan BRI Junio dan Keuntungannya
Namun, meskipun fakta ini ada, para pembenci tetap tidak berhenti mengumandangkan bahwa Prabowo dipecat.
Rasionalitas kita seharusnya berfungsi: bagaimana mungkin seseorang dapat dinaikkan pangkat setingkat lebih tinggi jika ia sudah diberhentikan?