CIREBON, RADARCIREBON.COM - Sebanyak 55 orang utusan khusus Keraton Kaprabonan ikut memeriahkam gelaran Festival Seni Budaya Kerajaan Nusantara (FSBKN) 2024 yang berlangsung di Solo Jawa Tengah, 14-16 Desember 2024. Kaprabonan menjadi satu-satunya keraton dari Jawa Barat yang mengikuti kegiatan yang dulu dikenal dengan Festival Keraton Nusantara (FKN) tersebut.
Acara kirab dan gelar budaya tersebut juga digelar sekaligus bagian dari perayaan hari ulang tahun ke-93 Paguyuban Kawula Keraton Surakarta atau Pokoso dan diikutii 38 kerajaan di Indonesia. Kerajaan yang hadir menampilkan prajurit dengan pakaian adat masing-masing serta dilengkapi senjata seperti tombak, panah, pedang, dan lainnya.
“Utusan Keraton Kaprabonan Cirebon dipimpin Pangeran Handi Kaprabon, Sultan Kaprabonan generasi kesebelas,” kata Juru Bicara Kaprabonan Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan, Akbarudin Sucipto.
Dalam FSBKN lanjuut Akbar, Kaprabonan mengikuti Kirab Prajurit Kerajaan se-Nusantara, gala dinner, silaturahmi pertemuan raja dan ratu se-Nusantara, seminar sejarah dan gelar budaya dengan menampilkan Tari Sekar Kaprabon dan Tari Putri Caruban Larang.
BACA JUGA:Titin Prialianti Pengacara Terpidana Kasus Vina Pingsan Usai Nobar Putusan MA
Dijelaskannya, Tari Sekar Kaprabon adalah tari yang menggambarkan tentang proses tumbuh kembangnya para putri keraton dalam mengisi dan memanfaatkan waktu luangnya diusia muda, remaja. Bagaikan bunga-bunga yang tumbuh subur dan mewangi di pelataran rumah, para putri Kaprabon ini dengan penuh keceriaan dan rasa bahagia terus ngangsu kaweruh, menimba ilmu dan belajar tentang etika, budi pekerti hingga kemuliaan hidup.
"Tari ini juga didedikasikan sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu kehormatan para yang mulia raja dan ratu, para pemangku negeri serta para guru yang telah bersama-sama menjaga harkat martabat bangsa," jelasnya.
Sementara Tari Caruban Larang Keraton Kaprabonan Cirebon sendiri, menggambarkan sosok Nyi Mas Ratu Caruban Larang atau Nyi Mas Subang Kranjang, yang digambarkan dalam tari ini adalah seorang putri yang memiliki jiwa dan karakter mulia serta utama. Paras cantiknya begitu mempesona laksana emas dan berlian sekeranjang, sehingga menggoda dan memikat hati para ksatria mancanegara untuk memperebutkannya.
Tari ini juga menggambarkan bagaimana sebuah cita-cita mulia dan keinginan luhur haruslah diperjuangkan dengan sepenuh hati, jiwa, dan raga.
BACA JUGA:Sekdes: Pelaku Edan-Eling, Anak Habisi Ibu Kandung di Kuningan
"Menjadi mukti, dan mulia serta menuju kesempurnaan adalah hal yang harus diperjuangkan atau dijaga lewat kesungguhan diri dalam menggembalakan proses hidup dengan etika, ilmu dan kemanusiaan," pungkasnya. (awr)