RADARCIREBON.COM – Sarana prasarana di gedung kesenian Gegesik belum mendukung. Padahal, fasilitas bangunan gedung milik pemerintah daerah itu diperuntukkan pelestarian budaya.
Kemarin, belasan perwakilan sanggar kesenian di Kecamatan Gegesik curhat ke pimpinan DPRD. Mereka meminta sarana prasarana pendukung dapat dipenuhi. Pun status pengelolaan gedung kesenian.
"Kami prihatin sekali, gedung kesenian di Gegesik belum memiliki sarana prasarana pendukung. Alat kesenian, kursi dan meja saja tidak ada. Padahal, gedung ini milik pemerintah. Tapi tidak dilengkapi berikut fasilitas pendukung lainnya," kata perwakilan sanggar kesenian, Taspin.
Selain itu, status pengelolaan gedung kesenian juga belum jelas. Apakah dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau diserahkan ke komunitas sanggar. Oleh karena itu, pihaknya datang ke DPRD bersama dinas kebudayaan dan pariwisata untuk meminta kepastian.
BACA JUGA:Nggak Nyangka! Ada Pemandian Air Panas di Kuningan yang Bikin Kamu Mau Balik Lagi!
"Selama ini, kita swadaya untuk menunjang kebutuhan kegiatan kesenian. Kalau seperti ini tidak ada upaya pemerintah untuk mengembangkan dan mempertahankan budaya kesenian yang ada di Kabupaten Cirebon secara serius," ujar Taspin.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Dr Sophi Zulfia SH MH mengaku, pihaknya sudah melakukan kunjungan ke gedung kesenian beberapa waktu lalu. Jika dilihat, kondisi bangunan memang sudah oke. Bagus. Namun, sarana prasarana nya belum mendukung.
"Ini sangat disayangkan karena output yang dihasilkan dari gedung ini seharusnya maksimal," paparnya.
Untuk itu, DPRD Kabupaten Cirebon menginisiasi pertemuan dengan Dinas Pendidikan, Diskominfo, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong pemanfaatan Gedung Kesenian secara optimal, khususnya untuk kegiatan pelestarian budaya.
BACA JUGA:Tips Aman Berkendara dan Merawat Sepeda Motor di Musim Hujan
Sophi menekankan pentingnya peran institusi pendidikan dalam menjaga identitas budaya lokal. "Jangan sampai identitas budaya Kabupaten Cirebon hilang, terutama di tengah gempuran budaya asing melalui media sosial," paparnya.
Ia mencontohkan fenomena anak muda yang lebih tertarik pada budaya pop luar negeri seperti K-Pop, dibandingkan dengan seni tradisional seperti tari topeng Cirebon.
Gedung Kesenian diharapkan menjadi wadah pelestarian seni khas Cirebon, bekerja sama dengan sekolah-sekolah di wilayah tersebut. "Dinas Pendidikan bisa mengajarkan siswa SD dan SMP untuk mencintai budaya lokal. Ini adalah langkah penting agar seni tradisional kita tetap hidup," imbuhnya.
Selain pelestarian seni, Sophi juga menyoroti perlunya sinergi antar-dinas. Diskominfo, misalnya, diharapkan dapat mendukung promosi Gedung Kesenian melalui media informasi yang lebih luas. Di sisi lain, regulasi juga menjadi perhatian, termasuk Peraturan Daerah (Perda) tentang Pemajuan Kebudayaan yang baru saja disahkan.
BACA JUGA:Mamayu Buyut Trusmi Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2025
"Tinggal menunggu Peraturan Bupati (Perbup) sebagai tindak lanjutnya. Kami akan terus mengawal agar segera selesai. Hal ini penting untuk memperjelas pengelolaan Gedung Kesenian, yang saat ini masih berada di bawah kewenangan Pemkab," tandasnya.
Ia mengaku optimis pengembangan sektor budaya dan pariwisata dapat mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Contohnya, seperti Bali dan Yogyakarta yang berhasil memanfaatkan potensi budaya untuk meningkatkan perekonomian.
"Cirebon punya semua, mulai dari wisata alam, kuliner, hingga religi. Tinggal bagaimana kita mengemasnya agar lebih menarik," tegasnya.
Ada tiga langkah prioritas untuk memajukan Gedung Kesenian: penyelesaian regulasi, promosi, dan pengalokasian anggaran yang maksimal. "Dengan sinergi semua pihak, saya yakin potensi budaya dan pariwisata Cirebon akan berkembang pesat," pungkasnya. (sam)
BACA JUGA:Jika Dikerjakan Secara Konsisten, Inilah Keistimewaan Solat Tahajud