Dade menjelaskan bahwa jalan rusak tersebut bukan jalan biasa, tapi akses utama menuju rumah sakit, sekolah, dan pasar tradisional.
"Kondisi jalan berlubang besar dan berlumpur bukan hanya menyulitkan mobilitas, tetapi juga membahayakan keselamatan warga terutama pengendara."
BACA JUGA:Diduga Edarkan Psikotropika, Polres Majalengka Amankan Seorang Remaja 16 Tahun
BACA JUGA:Hujan Mendukung Aksi Demo Warga Cirebon Timur, Jalan Rusak Mirip Kolam Ikan
"Kalau pemerintah tidak sanggup kelola APBD, dan juga tidak sanggup melobi pusat, berarti pemerintah gagal. Hari ini kita turun karena janji tinggal janji," jelasnya.
Menurut Dade, meski Pemerintah Kabupaten Cirebon mengklaim telah mengusulkan anggaran, nyatanya pagu dari pusat justru dipotong.
"Hal ini menunjukkan lemahnya daya tawar dan keseriusan pemerintah daerah dalam mengurus kebutuhan dasar masyarakatnya," ucapnya.
Dede juga mengatakan, mengapa dalam aksi tersebut warga juga menggelar potong tumpeng dan mandi air kubangan.
BACA JUGA:Momen Perayaan Idul Fitri 1446 H, Perumnas Sukses Selenggarakan Program Mudik Gratis Bersama
BACA JUGA:5 Wisata Alam Air Terjun Majalengka Terbaik dan Terhits yang Wajib Dikunjungi
"Ini tidak lain sebagai sarkasme terhadap perayaan Hari Jadi Kabupaten Cirebon ke-543 yang jatuh di bulan April ini."
"Pemerintah Kabupaten Cirebon saat ini punya slogan mentereng, tapi bagi kami Cirebon Timur tetap gupak (kotor). Kalau jalan tetap seperti ini, mana buktinya Cirebon mentereng?,” katanya.
Kemudian, Dede melanjutkan, bahwa warga tidak menuntut pengurugan atau tambal sulam.
Yang mereka minta adalah betonisasi, karena jalan-jalan tersebut menanggung beban berat dan vital bagi kehidupan warga.
“Kami ingin kualitas jalan yang layak. Bukan solusi setengah hati. Betonisasi adalah kebutuhan, bukan kemewahan,” pungkasnya. (rdh)