Di sisi lain, terjadi sedimentasi atau penyempitan di wilayah hilir sungai tersebut sehingga menyebabkan air masuk ke area pemukiman warga.
BACA JUGA:Prihatin Atas Kondisi Infrastruktur di Kota Cirebon, Driver GrabCar Tambal Jalan Cipto
BACA JUGA:Baru Tahu! 5 Jenis Tabungan di BSI, Cocok Bagi Umat yang Ingin Terapkan Ekonomi Syariah
"Jadi di Kuningan hujan deras dan lama, lalu Sungai Ciberes meluap tiga desa itu, dan memang itu sering banjir,” tuturnya.
Sebelumnya, diberitakan Radar Cirebon, bahwa banjir yang terjadi akibat hujan deras pada 17 Mei 2025 telah merendam tiga desa di Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon.
Bukan Hanya Hujan Deras
Tokoh pemuda Cirebon Timur, Raden Hamzaiya mengatakan, tempat tinggalnya di Kecamatan Waled sudah bertahun-tahun jadi langganan banjir.
Dia menyesalkan belum adanya penanganan serius dari pemerintah sehingga masyarakat selalu menjadi korban.
"Banjir ini bukan bencana baru. Setiap tahun kami menghadapi hal yang sama. Rumah-rumah warga terendam, sekolah diliburkan, sawah gagal panen, dan fasilitas Ibadah serta umum mengalami kerusakan," ungkapnya.
"Tapi tidak ada langkah serius dari Bupati Cirebon, apalagi Gubernur Jawa Barat untuk mengakhiri penderitaan ini. Sampai kapan kamu harus menunggu keadilan?" imbuh Hamzaiya.
Dia menambahkan, penyebab banjir di Cirebon Timur bukan hanya curah hujan tinggi. Dia menyinggung soal tata kelola lingkungan yang buruk.
Antara lain terjadinya pendangkalan sungai, hingga pembangunan di sekitar aliran yang tidak tertata dengan baik.
Dia menegaskan, bahwa pemerintah seharusnya melakukan pendekatan komprehensif untuk mengatasi persoalan banjir di Cirebon Timur.
Upaya yang harus dilakukan, menurut dia, meliputi normalisasi sungai, perbaikan tanggul, pembangunan sistem drainase terpadu, serta edukasi dan pelibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.
"Ini soal kebijakan dan keberpihakan. Kalau pemerintah benar-benar peduli, semestinya sudah ada perencanaan matang untuk jangka pendek, menengah, dan panjang," jelasnya.
"Bukan sekadar datang saat banjir, bawa bantuan mie instan dan berfoto di lokasi bencana. Kami ingin solusi, bukan sandiwara," tandas Hamzaiya.