
Pasalnya, pasien tidak kunjung mendapatkan tindakan operasi hingga dua hari di IGD.
Saat itu, keluarga memang sempat ditawari untuk dibawa ke rumah sakit lainnya, namun gagal dilakukan.
Alhasil, pasien bertahan di RSUD Linggarjati dengan berbekal kabar menunggu dokter datang esok pagi.
"Pertama dipanggil ke Dokter jaga di depan, mau engga dibawa ke RS Permata, tapi penuh, ke RS 45 katanya kosong. Tapi belum ada jawaban dari dokter obgynnya. Ya akhirnya sudah di sini saja, nunggu jam lima, katanya dokternya datang," imbuhnya.
BACA JUGA:Lewat Dukungan BRI, Casa Grata Buktikan Camilan UMKM Bisa Mendunia
Setelah lama menunggu, pihak keluarga kembali dibuat kesal. Lantaran, waktu yang dijanjikan petugas medis meleset.
Selama proses menunggu tersebut, pasien ibu hamil sudah mengalami ketuban pecah dan bertetesan ke lantai.
Saking banyaknya, petugas kebersihan rumah sakit sampai ikut membantu keluarga pasien membersihkan ceceran air ketuban.
Alih alih segera ditangani, pihak medis yang bertugas masih belum melangsungkan operasi persalinan.
BACA JUGA:Dedi Mulyadi Minta Walikota Cirebon Aktif di Media Sosial
Lagi-lagi, alasannya dokter yang menangani pasien tersebut berada di rumahnya dan susah dihubungi.
"Sampai istri saya udah kesakitan, dipanggil bidan bidan tuh pas jam 3 pagi. Mungkin lagi tidur marah dibangunin, sampai marahin istri saya," tuturnya.
Padahal ketika itu, posisi istrinya sedang mengalami kesakitan karena air ketuban diduga sudah habis.
Hingga akhirnya operasi pun tiba. Tetapi saat itu, istrinya sudah tidak merasakan ada pergerakan bayi yang ada di dalam kandungannya.
BACA JUGA:Tak Terima Kota Cirebon Berusia 43 Tahun, Pemerhati Ajak Dedi Mulyadi Adu Data
Benar saja, setelah selesai proses operasi sesar, diberitahukan bahwa bayi tersebut meninggal dunia di dalam kandungan.