Abrasi Pantai Dadap Semakin Parah

Sabtu 10-05-2014,13:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

*** 60 Persen dari 147 Km Garis Pantai Tergerus   INDRAMAYU – Abrasi pantai yang menggerus pantai di wilayah Indramayu memang merupakan persoalan klasik. Salah satunya terjadi di pantai Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat. Di tempat ini abrasi semakin parah, bahkan sudah mendekati rumah penduduk. Bahkan sejumlah pipa Pertamina juga ikut terancam. Menurut penuturan sejumlah warga, kondisi seperti ini memang terjadi sejak lama. Warga setempat juga mengaku khawatir kalau abrasi akan menyerang rumah mereka. Seperti diungkapkan Surnawan, abrasi yang terjadi memang semakin parah, dan penahan ombak yang dipasang juga tak banyak membantu. “Akibat abrasi, sekarang jarak laut hanya beberapa meter saja dari pipa pertamina.Penahan ombak yang terpasang di sepanjang pantai juga tidak banyak membantu,” ujarnya. Ia berharap pantai Dadap yang semakin parah kondisi bisa dipasang penahan ombak yang lebih banyak lagi. Karena kalau tidak demikian kondisinya dikhawatirkan semakin parah. Sementara itu, sekretaris koalisi masyarakat pesisir Indramayu (Kompi),Iing Rohimin mengatakan, pantai dadap merupakan salah satu pantai yang kondisinya cukup parah terkena dampak abrasi. “Tanaman mangrove yang ditanam pun banyak yang mati. Kondisi ini jika tidak dilakukan pencegahan secara darurat, akan semakin meluas ancaman abrasinya,” kata dia. Secara keseluruhan, pesisir pantai Kabupaten Indramayu, semakin parah kondisinya saat ini. Dari 147 km panjang garis pantai Indramayu, 60 persen di antaranya tergerus abrasi. Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup kantor lingkungan hidup kabupaten Indramayu, Suhartati mengatakan,pesisir pantai yang tergerus abrasi itu, di antaranya  tersebar di Kecamatan Juntinyuat, Krangkeng, Indramayu, Pasekan, Losarang, Kandanghaur, Sukra dan Patrol. Suhartati menjelaskan, abrasi terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktifitas pembangunan. Untuk faktor alam, di antaranya akibat karakteristik pantai di Indramayu yang memang mengandung lumpur dan berpasir. Suhartati menambahkan, faktor penyebab lain terjadinya abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Dia menjelaskan, dari total luas hutan mangrove 8.720,35 hektarte, kondisinya saat ini mengalami tingkat kerusakan sedang. “Pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi,” kata Suhartati. Untuk mengatasi abrasi, maka bisa dilakukan upaya vegetasi dan sipil teknis. Untuk vegetasi, dilakukan dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan cara sipil teknis, dengan membangun break water atau tembok penahan ombak. Faktor alam penyebab abrasi di antaranya sedimentasi yang berlangsung lama akibat material endapan yang dibawa daerah aliran sungai Cimanuk. Selain itu, karakteristik pantai di Indramayu yang mengandung lumpur dan berpasir juga memudahkan terjadi abrasi. Tak hanya itu, adanya pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi. Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya abrasi. (oet)  

Tags :
Kategori :

Terkait