Menurut Agus, pemerhati sejarah Cirebon, Ki Surawani menuju Pulau Cangak Indramayu, sementara Ki Surawana menetap di wilayah yang kini menjadi Desa Bangodua.
BACA JUGA:3 Anggota Geng Motor yang Menyerang Pedagang Martabak Sudah Ditangkap
BACA JUGA:BMH Cirebon kolaborasi Pesantren Masyarakat Cibuntu Kuningan Teken MoU
“Dari literasi yang kami pelajari, asal Ki Surawana lebih condong dari Demak,” jelas Agus.
Kedatangan Ki Surawana diperkirakan terjadi pada abad ke-16, sekitar tahun 1500-an. Ia kemudian membuka pedukuhan pertama yang menjadi cikal bakal Desa Bangodua.
Versi 3: Asal Nama Bangodua dan Perubahan pada Masa Belanda
Nama Bangodua diperkirakan muncul pada abad ke-18 ketika Belanda mulai menduduki Cirebon. Sebelum dikenal sebagai Bangodua, kawasan ini disebut Cangak, merujuk pada burung bangau.
Analisis sejarawan menunjukkan bahwa “Bangodua” merupakan gabungan tiga wilayah, yakni Cilado, Dukuh, dan Simangun.
Jejak Sejarah Ki Surawana
Bukti keberadaan Buyut Ki Surawana dapat ditemukan pada kompleks pemakaman yang kini menjadi salah satu situs religi di Kabupaten Cirebon.
Di area tersebut terdapat makam Ki Surawana, istrinya, serta pengikutnya.
Di dalam kompleks itu pula terdapat sumur keramat bernama Sumur Silusu, yang sering dikunjungi warga dari berbagai daerah.
Area Terlarang untuk Ditanami
Di Desa Bangodua terdapat lahan yang oleh warga dianggap keramat dan tidak boleh ditanami. Lokasi ini berada dekat persawahan dan pemukiman warga.
Peneliti menemukan batu bata merah besar yang diduga sebagai bagian dari gerbang menuju pedukuhan Bangodua pada masa lampau.