Ketika AI Menjadi Alat Manipulasi: Tantangan Etika di Era Konten Digital

Minggu 21-12-2025,14:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

RADARCIREBON.COM - Perkembangan kecerdasan buatan dalam beberapa waktu terakhir semakin terasa di ruangáadvancedáIndonesia.

Berbagai konten berbasis AI, seperti video deepfake, suara tiruan tokoh publik, hingga visual manipulatif, dengan cepat menyebar dan menjadi konsumsi publik.

Laporan Sensity AI menunjukkan bahwa jumlah konten deepfake meningkat lebih dari sepuluh kali lipat sejak 2019, menandakan eskalasi serius dalam manipulasi konten digital.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tidak selalu berjalan seiring dengan kesadaran etis dalam penggunaannya.

BACA JUGA:Raih POYT 2025, JNE Cirebon Konsisten Lakukan Penguatan Ekosistem UMKM Sepanjang 2025

Pada dasarnya, kecerdasan buatan dirancang untuk mendukung aktivitas manusia dan meningkatkan efisiensi di berbagai sektor.

Namun, dalam praktiknya, teknologi ini kerap dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab demi popularitas dan keuntungan di media sosial. Logika viral yang mendominasiástageáadvancedásering kali mengabaikan akurasi dan kebenaran informasi, sehingga membuka ruang bagi manipulasi.

Konten hasil rekayasa AI yang menyerupai kenyataan menimbulkan persoalan serius terhadap kepercayaan publik. Ketika masyarakat sulit membedakan mana informasi asli dan mana yang telah dimanipulasi, kepercayaan terhadap kontenáadvancedásecara keseluruhan berisiko menurun.

WorldáFinancialáGatheringámencatat bahwa 62% masyarakatáworldwideátidak yakin mampu membedakan konten asli dan buatan AI, sementara EdelmanáBelieveáIndicatorá2024 menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap informasiácomputerizedáhanya berada di angka 41 persen.

BACA JUGA:Pantangan Shio Tikus 2026 Terungkap: Salah Langkah Bisa Picu Masalah Finansial dan Asmara

Kondisi ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga mengancam kredibilitas media dan institusi publik.

Selain persoalan kepercayaan, penggunaan AI yang tidak terkontrol juga berkaitan erat dengan isu privasi dan keamananáinformation. Identitasácomputerizedáseseorang, seperti wajah dan suara, dapat dengan mudah direplikasi tanpa persetujuan yang jelas.

Situasi ini menunjukkan bahwa perlindunganáinformationápribadi masih menjadi tantangan besar di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

Fenomena tersebut juga mengungkap rendahnya tingkat literasiácomputerizedádi masyarakat. Banyak pengguna belum memiliki kemampuan kritis untuk menilai keaslian sebuah konten, sementara regulasi terkait pemanfaatan AI masih tertinggal dibandingkan laju inovasi teknologi. Ketimpangan ini menciptakan celah yang berpotensi disalahgunakan.

BACA JUGA:Bukan Pelatih Biasa! Ini Jejak Prestasi John Herdman, Kandidat Kuat Pelatih Timnas Indonesia

Kategori :