CIREBON, RADARCIREBON.COM – Perkembangan siklon 09S atau yang dikenal sebagai Siklon BAH masih perlu mendapat perhatian.
Meski pusat siklon terpantau bergerak menjauhi wilayah Indonesia, kekuatannya justru terus meningkat dan berpotensi menimbulkan dampak cuaca di sejumlah wilayah.
Berdasarkan pembaruan Senin 22 Desember 2025 pukul 16.40 WIB, kecepatan angin di sekitar mata siklon 09S tercatat mencapai 105 kilometer per jam.
Angka ini menjadi titik tertinggi sejauh ini dan mengindikasikan bahwa sistem tersebut tengah mendekati fase maksimum kekuatannya.
BACA JUGA:Dua Bibit Siklon Tropis Muncul di Samudera Hindia, BNPB Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia
BACA JUGA:Tak Ingin Kecolongan, Presiden Prabowo Soroti Peringatan Dini Cuaca Jelang Nataru
BACA JUGA:Apakah Badai ‘Siklon Tropis Senyar’ Akhir 2025 Menyisakan Pertanyaan Lebih dari Sekedar Cuaca?
Secara posisi, mata siklon 09S berada sekitar 800 kilometer barat daya Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan terus bergerak menjauh dari wilayah Indonesia.
Kendati demikian, dampak tidak langsung dari fase penguatan siklon masih berpotensi dirasakan di beberapa daerah.
“Wilayah yang diperkirakan terdampak meliputi Lampung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, hingga Jawa Tengah.”
“Masyarakat, khususnya yang berada di kawasan pesisir provinsi tersebut, diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem,” demikian keterangan yang dikutip dari @infogempadunia, Senin 22 Desember 2025 malam.
Pemantauan terkini juga menunjukkan adanya pergerakan awan tebal yang mengarah ke wilayah Banten dan Jawa Barat.
BACA JUGA:Borneo Vortex Terbentuk, Picu Hujan Lebat dan Cuaca Ekstrem di Jawa Akhir Pekan Ini, Waspada Ya!
Awan ini terbentuk akibat pertemuan uap air dari Benua Australia dengan massa udara dari arah utara yang dibawa oleh angin Monsun Utara.
Kondisi ini berpotensi memicu hujan dengan intensitas cukup deras dalam beberapa waktu ke depan, terutama di wilayah Banten, Jawa Barat, dan sekitarnya.
Dalam dua hari terakhir, teramati pula adanya pembelokan arah angin hangat dari Australia bagian selatan menuju Australia bagian utara.
Fenomena ini menunjukkan terjadinya penumpukan massa udara yang dalam dinamika atmosfer dapat menjadi salah satu indikasi awal terbentuknya bibit siklon, meskipun tidak selalu berkembang menjadi sistem yang lebih kuat.
Kondisi atmosfer tersebut sejalan dengan pemantauan resmi dari Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Australia, yang melaporkan potensi terbentuknya tropical low dengan kode 08U di sekitar wilayah Kimberley, Australia Barat.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem di Cirebon: 5 Rumah Ambruk, 79 Warga Terdampak
Saat ini, sistem tersebut masih berupa tekanan rendah dan berada pada fase awal, sehingga masih dikategorikan sebagai bibit siklon.
Perkembangan sistem ini sangat bergantung pada pergerakannya dalam beberapa hari ke depan. Apabila pusat tekanan rendah tetap berada di atas perairan hangat, peluang untuk menguat akan meningkat.
Namun, jika bergerak ke daratan Kimberley, suplai panas dan uap air akan berkurang sehingga sistem cenderung melemah.
Meski peluang penguatan masih berada pada kategori risiko rendah, keberadaan sistem ini tetap berpotensi meningkatkan aktivitas hujan dan badai petir di wilayah utara dan barat Kimberley.
Hal ini menegaskan, pembentukan sistem cuaca signifikan berlangsung secara bertahap dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya.
“Masyarakat di wilayah yang berpotensi terdampak oleh siklon 09S diimbau untuk terus memantau perkembangan informasi cuaca dari sumber resmi serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca ekstrem,” tandas @infogempadunia. (*)