JK Pertahankan UN, Hatta Tambah Anggaran Riset

Senin 30-06-2014,14:31 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Adu debat dua kandidat calon wakil presiden berjalan hidup. Dua sosok cawapres, Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla saling beradu visi dan misi, bahkan saling bergurau di antara keduanya. Kedekatan Hatta dengan JK terlihat di saat sesi komersial berlangsung. Ketika dua cawapres itu selesai menyampaikan visi dan misi, keduanya langsung tersenyum dan saling menghampiri. Tidak jelas apa yang diperbincangkan, namun saling berjabat tangan, saling merangkul, nampak akrab. Keakraban Hatta dengan JK nampak lebih hidup dibandingkan saat capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo beradu di dua edisi debat sebelumnya. Prabowo memang nampak saling senyum saat saling menyapa di awal debat. Namun, saat debat, keduanya nampak tegang dan serius. Pemandangan itu tidak tampak saat Hatta dan JK berdebat. Mereka nampak jauh lebih santai. Karena lebih santai, keduanya bisa lebih memberikan jawaban lebih jelas dan terukur. Di luar jalannya debat, masing-masing cawapres kemarin juga didampingi capres mereka. Joko Widodo hadir bersama istri Iriana. JK juga hadir bersama istri Mufidah Kalla. Prabowo juga hadir mendampingi Hatta. Hatta hadir bersama istri, Okke Rajasa. Prabowo pun tak mau kalah, dirinya didampingi oleh Titiek Soeharto. Prabowo dan Titiek duduk paling depan saling berdampingan. Titiek mengimbangi Prabowo dengan mengenakan baju warna putih, dikombinasikan dengan kebaya warna merah. Kedekatan posisi keduanya praktis menjadi sasaran jepretan para fotografer. Namun, selama debat, keduanya tidak nampak berbicara. Prabowo nampak dengan serius menyimak seluruh proses debat. Sementara Titik asyik memainkan gadget-nya, memfoto jalannya debat. Sesekali, Titiek malah berbincang dengan Okke Rajasa. Saat sesi komersial, Prabowo banyak berbicara dengan sejumlah tim kampanye, salah satunya dengan Priyo Budi Santoso, maupun melayani foto bersama. Titiek pun tak kalah melayani sesi foto bersama dengan sejumlah anggota tim kampanye. Dalam penyampaiannya, Hatta memfokuskan untuk pembangunan pendidikan inklusif setinggi mungkin. Salah satunya adalah dengan membangun sekolah inovasi dan center of excellence di berbagai wilayah. Pemerintah, kata Hatta, juga wajib untuk memajukan iptek. Iptek harus membangun daya saing bangsa, serta membangun masyarakat yang inovatif dan kritis. Hatta juga menjanjikan anggaran koperasi dua kali lipat, menggelontorkan Rp10 triliun untuk dana riset, dan mempercepat difusi temuan dalam berbagai aspek riil seperti transportasi dan pangan. Sementara JK memfokuskan peningkatan pendidikan tidak hanya dari sisi aspek materi, namun juga pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti dapat diterapkan di semua mata pelajaran. Untuk peningkatan itu, kata Hatta, dibutuhkan kualitas guru yang baik, termasuk pemberian fasilitas dan pendidikan guru. JK juga menekankan pentingnya pemerintah memihak pada teknologi. Anggaran pendidikan 20 persen, ujar Hatta, masih mencukupi untuk pengembangan teknologi itu. Pada saatnya nanti, ujar Hatta, akan digabungkan inovasi dan riset untuk diaplikasikan di tengah masyarakat. Sementara itu, sejumlah lembaga survei menilai, pelaksanaan debat ternyata tidak banyak mempengaruhi pilihan politik masyarakat jelang Pilpres 9 Juli 2014 nanti. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi menyatakan, berdasar hasil sejumlah poling lembaganya, mayoritas responden menyatakan tetap berada pada pilihannya meski ada debat. Dia menyatakan, poling lembaganya itu dilaksanakan bukan hanya sesudah debat, tapi juga sebelum debat. \"Ketika semakin dekat ke hari pemilihan, debat semakin tidak ada efeknya, masyarakat sudah menentukan pilihan untuk 9 Juli, debat ini ibarat mengukuhkan pilihan mereka saja,\" papar Burhan. Dia kemudian mencontohkan, bahwa sebagian pemilih Jokowi beranggapan Prabowo Subianto tampil lebih baik ketimbang gubernur DKI Jakarta nonaktif tersebut. Terutama, dalam debat tentang pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial pada 15 Juni 2014 lalu. Namun, lanjut dia, hal tersebut ternyata tidak mengubah pilihan politik pendukung Jokowi-JK. \"Sebab, ketika ditanya pilihan politik pada 9 Juli, Jokowi masih unggul,\" kata Burhanudin. Senada, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry juga menyatakan, bahwa berdasar hasil survei lembaganya terakhir, hanya 30,8 persen yang menyatakan akan mempertimbangkan performance capres-cawapres dalam debat untuk referensi menentukan pilihan. Mayoritas publik, menurut dia, tetap menyatakan tidak akan terpengaruh atau akan merubah pilihannya karena debat di televisi. Masih berdasar hasil survei terakhir lembaganya, persentasenya mencapai 55,5 persen. Sedangkan yang menyatakan tidak tahu sebanyak 13,7 persen. \"Debat hanya berpeluang memperebutkan pemilih yang masih tergolong undecided voters atau mereka yang belum punya pilihan,\" kata Umar. Dalam meningkatkan kapasitas riset, calon wakil presiden Hatta Rajasa dan Jusuf Kalla memiliki pandangan yang berbeda. Kalla menilai, secara teknis peningkatan riset dapat dilakukan dengan alih teknologi dan pembenahan fokus riset di perguruan tinggi bekerjasama dengan industri. \"UI fokusnya apa? UGM fokusnya apa? Kemudian perguruan tinggi bekerjasama dengan industri,\" katanya. Sementara, Hatta Rajasa menilai dibutuhkan tambahan anggaran Rp10 triliun untuk peningkatan riset. Selain itu, pemerintah juga bertugas membuat kebijakan yang memihak riset pendidikan, mendorong perusahaan membiayai riset dan insentif pajak untuk membangun kewirausahaan. \"Strategi triple helix itu bisa menjadi solusi masalah impor di Indonesia,\" terangnya. Terkait peringkat doing business, kedua calon wakil presiden juga berpendapat berbeda. Jusuf Kalla menilai persoalan mendasar yang dikeluhkan investor adalah kepastian hukum dan birokrasi yang rumit di kabupaten/kota, serta masalah perburuhan. Namun, Hatta Rajasa menilai persoalan yang lebih penting adalah masalah infrastruktur dasar. Tanggapan Hatta itu kontan direspons Jusuf Kalla dengan pernyataan pedas. \"Infrastruktur penting, tapi infrastruktur yang tidak hanya diucapkan tapi dilaksanakan. Dulu kita buat listrik 10 ribu megawatt, sekarang tidak bikin apa-apa,\" jawabnya. (bay/dyn)

Tags :
Kategori :

Terkait