BBM Naik Memberatkan Rakyat

Jumat 07-11-2014,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Kompensasi Program Pemerintah Diminta Tepat Sasaran MAJALENGKA-Kabar akan dinaikkannya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh pemerintahan Jokowi pada November ini menuai beragam komentar dan pendapat dari berbagai kalangan khususnya masyarakat yang dikategorikan ekonomi menengah ke bawah. Ada yang menentang secara terang-terangan, adapula yang setuju tapi dengan beberapa syarat dan perbaikan. Ajat (35), sopir angkot jurusan Rajagaluh-Kramat mengatakan, sangat tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Pasalnya dengan harga BBM yang berlaku sekarang ini saja, pendapatannya pas-pasan terkadang malah nombok buat setoran. Apalagi dengar kabar BBM mau naik di televisi dan koran, dirinya semakin dibuat pusing saja. “Logikanya begini, BBM naik setoran angkot pun bisa saja naik, penumpang pun dipastikan akan memilih menggunakan kendaraan sendiri seperti motor atau numpang dengan temannya. Dengan sendirinya pendapatan yang diterima akan berkurang drastis,” kata Drajat ditemui Radar di Terminal Rajagaluh, Kamis (06/11). Sedangkan kata dia, tarif angkot tidak serta merta langsung naik begitu BBM naik. Seperti tahun-tahun terdahulu, tarif penyesuaian angkutan biasanya memakan waktu lama, karena perlu didiskusikan dengan berbagai pihak seperti Organda, Dishub dan lainnya. “Mau menaikkan tarif sendiri nanti bisa kena sanksi, tidak segera naik pendapatan turun dan risikonya malah tekor uang setoran. Kita ini bukan pegawai kantoran yang punya gaji tetap, pendapatan kita tergantung pada nasib. Kalau nasib bagus ya bisa bawa uang buat anak istri. Sekarang di samping nasib, naiknya harga BBM juga menjadi bisa menentukan pendapatan kita,” ujar pria humoris ini dengan tegas. Di tempat lain, Wawan Sarwan (35) yang ditemui di sebuah pangkalan ojek di sekitar Munjul mengaku pasrah saja dengan kebijakan pemerintah ini. Sebagai bala rea (warga biasa) dirinya hanya bisa menerima kenaikan BBM ini. Sembari menghela napas dia hanya bisa berkata, semoga ini jalan terbaik untuk kemaslahatan bangsa. “Terus mau apalagi, mau demo? Buang-buang waktu dan tenaga saja, lebih baik ngojek sudah tentu dapat uang. Rezeki sudah ada yang ngatur, mau bensin naik jadi Rp100 ribu pun kalau kita berusaha mencari nafkah pasti ada jalannya,” ujar pria yang sudah 10 tahun jadi tukang ojek ini. Ditanya apakah ada dampaknya nanti bila BBM naik, secara tegas dia menjawab pasti ada. Di samping pendapatan pasti berkurang, dia juga meyakini harga-harga barang lainya pun pasti akan naik. Tentu saja kata dia, itu akan menjadi beban yang tidak ringan buat masyarakat bawah seperti dirinya. “Kalau dihitung-hitung, sekarang saja pendapatan saya Rp50 ribu belum dipotong untuk beli bensin 3 liter. Bersih dibawa pulang hanya sekitar Rp30 ribu, nah kalau bensin naik jadi Rp9 ribu, jelas berkurang pendapatan saya,” ungkapnya lagi. Hal yang sama dituturkan tukang ojek lainnya Darwi (40), dia harus memutar otak lagi untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya. Dengan bermodal tabungan yang jumlahnya tak seberapa dia berencana berjualan makanan ringan selepas mengojek. “Iya, harus lebih keras lagi bekerja, selain menafkahi keluarga, saya juga harus menyisihkan untuk cicilan motor yang baru berjalan setahun,” imbuhnya. Dia menambahkan, agar janji pemerintah yang akan memberi kompensasi kenaikan BBM dengan berbagai program yang pro kepada wong cilik agar segera direalisasi. Tidak hanya simbolis di kota besar, tapi harus sampai ke daerah-daerah terpencil. “Iya itu katanya ada kartu KIS, KIP dan KKS, semoga bisa meringankan beban kita.Tapi juga harus sesuai dengan yang membutuhkan, jangan orang yang sudah berkecukupan mendapatkannya, sedangkan yang membutuhkan tidak mendapatkan sama sekali,” tandasnya. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait