Bus Dihajar Roket, 13 Tewas

Sabtu 24-01-2015,10:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

DONETSK - Gencatan senjata antara pemerintah Ukraina dan pemberontak yang berkuasa di Ukraina Timur hanyalah di atas kertas. Alih-alih damai, kondisi di Ukraina kian memanas. Kemarin (22/1) merupakan hari paling berdarah selama sembilan bulan terakhir. Dalam sehari, setidaknya 41 orang meregang nyawa. Sebanyak 13 orang di antaranya adalah warga sipil yang tewas karena tembakan roket salah sasaran. Roket nyasar tersebut meluncur ke sebuah bus listrik yang sedang melaju di tengah Kota Donetsk. Terhitung sejak April tahun lalu, lima ribu nyawa melayang di Ukraina Timur. Pemerintah Ukraina menuding bahwa tembakan yang mengenai warga sipil itu adalah tanggung jawab Rusia. Sebab, merekalah yang membuat suasana di Ukraina Timur terus memanas. Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyatakan, saat ini ada 9 ribu pasukan Rusia yang membantu para pemberontak. Bukan hanya itu, Negeri Beruang Merah tersebut juga dituding mengirimkan setidaknya 500 tank tempur. “Pasukan Rusia (yang diterjunkan ke Ukraina Timur, red) didukung dengan senjata berat. Termasuk tank, artileri, dan kendaraan bersenjata,” kata Poroshenko dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Rabu (21/1). Pemerintah Rusia menampik hal tersebut dan meminta Poroshenko membuktikan ucapannya. Di sisi lain, pasukan Kiev dipukul mundur oleh pemberontak. Mereka terpaksa meninggalkan Bandara Donetsk pada pemberontak Pro-Rusia. Selama ini, Bandara Donetsk dinilai sebagai simbol kemenangan di Ukraina Timur. Karena itu, kelompok yang menguasai bandara tersebut sama saja dengan telah berkuasa di Donetsk. Sejak akhir Mei, Bandara Donetsk dikuasai pemerintah Kiev. “Kemarin (Rabu Red) sore kami membuat keputusan untuk meninggalkan terminal baru (Bandara Donetsk, red),” tutur juru bicara militar Ukraina Vladyslav Sleznyov. (AFP/Reuters/sha/c22/ami)

Tags :
Kategori :

Terkait