Sebagian Besar Spare Part Impor, Terimbas Penguatan Dolar Amerika
CIREBON- Melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika (USD) hingga menyentuh level Rp13 ribu membuat pasar elektronik gusar. Pasalnya, produk elektronik impor turut bergantung pada kondisi dolar.
PIC LG Brand Shop Cirebon Agus Ruhiyat mengungkapkan, mulai Februari lalu penjualan elektronik di tempatnya menurun hingga 50 persen. Produk yang paling terkena imbas ialah mesin cuci, lemari es dan AC.
“Dulu saat dolar sempat menguat dan kenaikan BBM harga elektronik juga naik tapi nggak separah ini. Sekarang dampaknya sangat meluas mulai dari turunnya minat beli dan stok sampai harga yang tinggi,” ungkapnya pada Radar Cirebon, Selasa (11/3).
Agus mengaku sebenarnya LG sudah menaikkan harga lebih dulu saat merek lain belum menaikkan harga. Besarannya antara Rp250-Rp300 ribu, bahkan untuk merek lain hingga Rp500 ribu. Kondisi ini dinilai sangat memberatkan pasar elektronik ditambah daya beli masyarakat yang terus menurun. Contohnya jika trafik harian toko pada situasi normal antara 10-15 orang saat ini satu pengunjung sudah untung.
“Sekarang kalau keadaan minat beli masyarakatnya turun dan harga tinggi gimana cara jualnya. Kalau minat beli rendah tapi harga normal kami masih punya senjata untuk menjual,” akunya.
Mengapa hanya lameri es, AC dan mesin cuci yang paling merasakan dampak kondisi ini? Agus menjawab, ketiganya hingga kini masih produksi. Artinya mau tidak mau biaya produksi mengikuti kurs dolar yang berlaku. Beda dengan LED yang terus mengeluarkan seri baru dan pihak toko masih berkesempatan menjual stok lama bahkan dengan harga promo. Kondisi ini diprediksi kembali normal April-Mei mendatang.
Untuk mengantisipasi hal ini pihaknya fokus menjual produk kategori fast moving (cepat terjual) agar perputaran stok lebih cepat. Pusat juga membatasi stok toko khususnya untuk tiga produk tersebut. Disebutkan Agus kenaikan harga mesin cuci tergantung pada kapasitas seperti kiloan kecil antara Rp100-Rp200 ribu dan kapasitas besar bisa mencapai Rp300-Rp400 ribu.
“Untuk LG kenaikan maksimal Rp250-Rp300 ribu. Mesin cuci 7 kg dulu kami jual Rp1,9 jutaan sekarang Rp2,3-Rp2,4 jutaan, mau jualnya gimana sedangkan daya belinya menurun,” ujar dia.
Hal serupa dikatakan Branch Manager Sharp Cirebon Sutanto. Menurutnya, kondisi ini juga berdampak pada produk Sharp. Pertama spare part produksi Sharp sebagian besar impor. Salah satu upaya antisipasi adalah dengan menekan biaya produksi tanpa mengurangi standar kualitas hingga ke tangan konsumen.
“Karena kami sudah punya standar kualitas, tentu itu harus dipertahankan. Mudah-mudahan situasi kembali normal agar pasar elektronik dan apapun yang bergantung pada kurs dolar kembali seperti semula,” katanya. (tta)