SINGAPURA - Tangisan Triyaningsih pecah begitu melintasi garis finis. Tri -sapaan Triyaningsih- yang tak kuasa menahan emosi lantas sujud syukur. Dengan air mata yang masih mengalir, atlet berumur 28 tahun itu datang dan memeluk sang ibunda, Ngatiyateni yang datang dan menonton langsung di tribun penonton, kemarin. Atlet kelahiran Semarang tersebut memang pantas meluapkan emosinya. Setelah mengalami tahun yang tak bersahabat, Tri akhirnya mampu kembali ke podium juara dan menjadi yang terbaik di nomor 5.000 meter putri dengan merebut medali emas bagi Indonesia dengan mencatatkan waktu 16 menit 18,06 detik. \"Rasanya senang banget bisa juara lagi, sampai speechles. Medali emas ini untuk rakyat Indonesia, keluarga dan juga PASI yang suport terus ketika saya cedera,\" ucapnya seusai lomba. Kemenangan tersebut memang terasa begitu spesial. Sebab, itu adalah medali pertama yang didapatkan di ajang multievent tahun ini. Atlet yang memperkuat Indonesia di ajang Olimpiade 2012 itu harus absen di ajang bergengsi Asian Games 2014 akibat cedera telapak kaki kanan kambuhan yang menderanya, Juni tahun lalu. Padahal, dirinya merupakan salah satu atlet atletik andalan Indonesia di Asian Games 2014, selain Maria Natalia Londa (lompat jauh putri), Rini Budiarti (3.000 halang rintang putri) dan Dedeh Erawati (lari 100 meter gawang putri). Tri sendiri mengaku kecewa karena hanya bisa menonton rekan-rekannya bertanding di layar kaca. \"Kecewa itu pasti karena aku tidak bisa membela Indonesia,\" ujarnya. Namun, dirinya tak ingin terlalu lama meratapi hal tersebut. Motivasinya justru berlipat karena ingin segera memulihkan cederanya. Tri sadar bahwa hal itu merupakan salah satu jalan yang terbaik agar pemegang rekor SEA Games nomor 5.000 meter putri Indonesia itu bisa memperkuat Indonesia kembali, secepatnya. Medali emas tersebut terasa semakin luar biasa. Sebab, persiapan yang dilakukannya sangat mepet. Setelah melakukan proses recovery sampai bulan Desember 2014, Tri pun baru fokus menyiapkan diri untuk SEA Games 2015, sejak Januari awal tahun lalu. “Namun saat ini, ketika berlari kaki sudah nyaman sekali dan tidak ada masalah,\" terangnya. Tri pun berhasil mengulangi capain yang dilakukan pada 2011 lalu saat merebut medali emas di nomor 5.000 meter putri. Sebab, di SEA Games 2013 Myanmar lalu, dirinya hanya mendapatkan perak. Meski telah mendapatkan medali emas, namun Tri berharap bisa melanjutkannya untuk nomor 10.000 meter putri. Sebab, sejak tahun 2007 sampai 2011, Tri selalu konsisten merebut medali emas di dua nomor tersebut. Sementara itu, medali perak nomor 5.000 meter putri kemarin (9/6) diraih oleh Rini Budiarti dengan 16 menit 30,85 detik. Sementara Agus Prayogo juga merebut perak di nomor 5.000 meter putra dengan catatan waktu 14 menit, 15,14 detik. Di sisi lain, di nomor 100 meter final, sprinter-sprinter andalan Indonesia bertumbangan. Atlet-atlet Filipina baik putra dan putri menunjukkan dominasi di nomor bergengsi tersebut. Medali emas 100 meter putra direbut oleh Eric Shauwn Cray dengan torehan 10,24 detik. Sementara Yaspi Boby merebut medali perak dengan 10,45 detik dan Iswandi di posisi ketiga dengan 10,45 detik juga. Namun Yaspi memiliki reaction time yang lebih baik. Nomor spesialis saya memang 400 meter putra, namun saya memiliki akselerasi yang baik, makanya saya turun di nomor 100 meter juga. Semoga selanjutnya bisa menembus limit Olimpiade,\" ujar Eric, atlet blasteran Amerika-Filipina tersebut. Hasil serupa juga terjadi di nomor 100 meter putri, dimana Kayla Anise Richardson menjadi yang tercepat dengan catatan 11,76 detik. Atlet berumur 17 tahun itu pun menghapus puasa gelar nomor 100 meter putri selama 20 tahun dari Filipina. (apu)
Ciuman Tri untuk Ibu Pertiwi
Rabu 10-06-2015,10:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :