Lihat Cirebon Tempo Dulu

Sabtu 25-07-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON merupakan kota pusaka dengan sejarah panjang masa kejayaannya. Berawal dari sekitar tahun 1425, di mana Laksamana Ceng Ho dengan 3000 armadanya berlabuh dan singgah. Sampai akhir abad ke 16, Cirebon telah menjadi jalur sutera perdagangan dunia yang dilalui pedagang-pedagang dari China, Persia, Gujarat, India, dan lainnya. Itu membuat Cirebon menjadi kota dagang dan metropolitan dunia. Pad abad ke 17, Cirebon juga telah menjalin perdagangan dengan VOC. Maka tidak mengherankan jika Cirebon sebagai kota pusaka dengan kekayaan heritagenya yang masih dapat disaksikan hingga saat ini. Sebagai bentuk apresiasi terhadap bangunan-bangunan tua yang tersebar di Kota Cirebon, Interior Designer and Sketcher, Soleh Hadiyana menggelar pameran sketsa Cirebon Heritage #1 di Cirebon Plaza Hotel. Ada 24 karya sketsa yang rata-rata diselesaikan di lokasi (on the spot) meliputi objek-objek cagar budaya Cirebon antara lain Gedung ITC ex Hegmayer, Gedung Bank Mandiri, Klenteng Dewi Welas Asih, Komplek Pergudangan Pelabuhan Cirebon, Gedung PT BAT, Bank Indonesia Cirebon, Gedung Kantor Pos Cirebon, Gereja Pasundan, Gedung Cipta Niaga, Gedung Bundar Taman Kebumen, Gereja Santo Yusuf dan bangunan kerta niaga. Melalui sebuah karya sketsa Soleh mencoba merekam dan belajar menghargai warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Soleh menjelaskan, sketsa yang secara harfiah adalah coretan sederhana dan dibuat hanya berupa garis besar objek yang diamati secara keseluruhan sebagai media ungkapan pribadi. Sketsa juga dapat dikatakan sebagai karya akhir yang berdiri sendiri, dan biasanya dilakukan di lokasi (on the spot) dan diselesaikan di tempat itu juga. Meskipun sederhana dan didasarkan atas kekuatan observasi, sketsa tetap harus memiliki kaidah (komposisi garis, bidang, bentuk, warna, dan intensitas) agar karya yang tercipta mampu menunjukkan objek dan cita rasa. “Karena sketsa adalah karya akhir yang sederhana maka nilai keaslian dan spontanitas yang menjadikan sketsa memiliki nilai tinggi,” ujarnya. Dikatakannya, media yang umum digunakan untuk karya sketsa adalah kertas, kertas khusus di atas 250 gram dan berlable acid free (bebas kadar asam terbuat dari cotton) seperti fabriano. Alat-alat yang digunakan bisa berupa pensil, spidol, drawing pen, tinta cina, marker, dan lainnya. untuk media warna digunakan cat air yang memiliki kualitas pigmen yang baik seperti Daniel Smith (tahan hingga 100 tahun0 besutan pabrik seatle USA atau Schiminkle Herradam pabrikan Jerman. “Melakukan sketsa sama dengan merekam keadaan. Dimana ada banyak hal yang tidak pernah terduga. sketsa berhadapan dengan objek dan keadaan lingkungan seperti faktor cuaca panas dan hujan. Manusia yang tidak bisa kita kendalikan,” terangnya. Soleh berharap, dari pameran sketsa Cirebon Heritage #1 diharapkan mampu mewarnai wacana tentang beragam apresiasi yang didedikasikan untuk Cirebon. “Semoga ini menjadi awal dan sebuah estafet yang akan diteruskan oleh rekan-rekan dan seniman Cirebon mengusung Cirebon Heritage #2, #3, #4 dan seterusnya, sehingga mampu dan mengangkat Cirebon sebagai the world royal heritage,” harapnya. Pihaknya juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu hingga acara ini dapat terselenggara khususnya pada Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE dan Lucky Arianto Husein Mukti dari Cirebon Plaza Hotel. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait