JAKARTA - Beberapa bulan ini rumor skandal match fixing yang berhubungan dengan bandar judi telah mewarnai dunia sepak bola Indonesia. Ditenggarai, polemik pengaturan skor tersebut diawali dari lisensi kepelatihan. Oleh karenanya mantan pelatih Persija Jakarta Iwan Setiawan meminta agar PSSI memperketat aturan lisensi pelatih. \"Sampai musim ini saja masih banyak pelatih yang lisensinya tidak sesuai dengan aturan. Ada beberapa pelatih yang tidak memiliki lisensi A AFC di kompetisi ISL (Indonesia Super League). PSSI harus benar-benar tegas menegakan aturan itu. Jika tidak, akan memunculkan pengaturan-pengaturan skor berikutnya,\" kata Iwan kemarin. Bekas guru lapangan Persikabo Bogor itu pun membantah seluruh pelatih di tanah air bisa diatur oleh mafia bola. Bahkan Iwan tersinggung dengan pernyataan tersebut. Alasannya, pelatih yang rajin beribadah itu mengklaim dirinya merupakan salah satu juru taktik yang tidak bisa disuap oleh siapa pun. \"Dulu mungkin banyak pelatih dan wasit yang mudah dibisiki untuk mau mengatur skor pertandingan. Tapi, tiga tahun belakangan tidak seperti itu lagi. Yang masih bisa disuap mungkin pelatih-pelatih muda yang mencari nama seperti Gunawan, mantan pelatih Persipur Purwodadi,\" urai juru strategi berlisensi A AFC dan FIFA Youth Elite itu. Memang sebelumnya ada statemen Gunawan yang mengatakan setiap pelatih bisa disuap. Menurut Iwan, pernyataan tersebut sama saja menghina profesi pelatih. Ia pun memberikan gambaran tanpa menerima uang suap dirinya bisa membawa Pusamania Borneo FC menjadi juara Divisi Utama (DU) 2014. \"Saya juga menjadi satu-satunya pelatih Persija yang bisa mengalahkan Persipura Jayapura di dalam laga home dan away. Kala itu saya bisa memecahkan rekor Persija tidak pernah bisa mengalahkan Persipura selama delapan tahun terakhir,\" jelas pelatih yang pernah membantu tim Macan Kemayoran menduduki peringkat 5 di LI musim 2011/2012. Iwan menambahkan saat Pesut Etam melawan Martapura FC, ia melihat ada gelagat tidak baik. Akhirnya jawaban yang ia dapatkan ternyata benar setelah bertanya ke salah satu pemain kalau mereka diminta mengalah. Risih dengan hal demikian Iwan lapor ke owner Borneo kalau dirinya tidak setuju dengan cara seperti itu. \"Saya pun pamit tidak mendampingi tim bertanding melawan Martapura FC. Saya memilih ke rumah sakit untuk diinfus akibat sakit maag saya,\" terang Iwan yang musim 2015 menukangi Persela Lamongan. Sebelumnya, Persis Solo tidak mau datang dalam pertandingan melawan Borneo karena ada kabar kalau Borneo selalu \'bermain\' di setiap laga. Seharusnya tim yang dipimpin Iwan menang WO, tetapi Persis meminta tanding ulang dan dihadiri Walikota Solo. Hasilnya, Borneo menang telak 6-0. \"Kalau tidak percaya silahkan menonton seluruh pertandingan Borneo yang selalu direkam oleh tim IT kami. Kalau ada yang aneh-aneh di laga Borneo pasti ketahuan di dalam video yang kami dokumentasikan,\" sebut Iwan. Menurut Iwan biasanya pemain yang bergabung melalui agen tidak mempunyai kualitas. Agen asal comot pemain saja dan agen akan mendapat komisi dari pemain yang disalurkan itu. Itulah yang menyebabkan pemain-pemain dari agen mudah disuap atau dibisiki agar mau mengatur skor. \"Soal penyuapan atau pengaturan skor itu tergantung dari mental pelatihnya saja. Namun pelatih senior yang berpengalaman pasti akan menjaga profesionalitasnya dengan menolak praktik-praktik buruk di sepak bola itu,\" pungkas pria kelahiran Belawan, 6 Juli 1967. (agn)
PSSI Harus Perketat Aturan Lisensi Pelatih
Kamis 30-07-2015,09:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :