Punya paras cantik dan penampilan menarik, tentu punya kesempatan menjadi seorang model. Ditambah dengan pengetahuan yang luas dan kemampuan berlenggak-lenggok di atas catwalk adalah nilai plus. Tapi, apa bisa model dari daerah seperti Kota Cirebon ini menembus kota besar dan menjadi model profesional? MENJADI seorang model, bukan perkara tubuh jenjang dan kulit mulus saja. Ternyata, ada hal penting lainnya yang perlu diperhatikan. Tak sedikit model yang karirnya mandeg karena sejumlah faktor. Tapi ada juga model yang mampu mengembangkan karir. Seperti yang dialami beberapa model Cirebon, salah satunya Firda Yahya. Gadis yang akrab disapa Firda itu sudah hampir tiga tahun menekuni dunia model. Firda selama ini jadi model freelance, baik untuk foto hunting atau tabloid lokal. “Dari kelas 1 SMA, memang hobi foto-foto. Tapi baru ikut foto hunting, buat di koran atau tabloid aja. Abis bingung gak ada wadah khusus untuk model-model gitu,” ujarnya kepada Radar, Jumat (11/9). Lalu, apa yang menjadi kendala Firda dalam menekuni karir modeling? Ia mengaku, menjadi seorang model tak hanya cantik dan menarik saja. “Harus punya modal juga, untuk pakaian, make up, maupun perawatannya,” ungkapnya. Ada juga cerita dari Mardiyansyah Ramadon. Pria kelahiran Cirebon, 17 Maret 1993 itu sudah satu tahun menekuni dunia model. Memiliki postur tubuh yang ideal dan wajah yang menarik adalah modal bagi pria yang akrab disapa Ardi itu. Dia sudah mengikuti beragam fashion show di Cirebon. Diakuinya, Cirebon belum memiliki satu ruang atau tempat khusus untuk para model, baik freelance atau dari agency. “Kayak di kota-kota lain, ada satu wadah yang memang khusus untuk orbitin model. Jadi, untuk tembus ke kota besar atau jadi model professional, ada jalan,” tuturnya. Beda lagi dengan Shella Tivanny Anggraeni. Meski baru menekuni dunia model, gadis 19 tahun itu tengah mempersiapkan diri untuk ikut casting sebuah film di Jakarta dalam waktu dekat. Ada beberapa tips yang diutarakan Shella agar bisa terus eksis berkarir di dunia model. “Selalu jaga penampilan agar tetap dilihat menarik dan tetap dipandang positif. Jangan melakukan hal yang membuat image sebagai model itu jadi negatif,” pesannya. Sementara itu, Oman, salah satu fotografer Cirebon menilai, dunia model di Cirebon sebetulnya punya potensi. Namun, masih banyak kendala yang dihadapi untuk bisa mencetak model-model profesional. “Kendala selama ini salah satunya tidak banyak agency yang mau mengorbitkan modelnya. Dan modelnya pun kebanyakan kurang profesional di bidangnya. Hanya tahu sebatas difoto aja, begitupun dengan sebagian fotografernya jarang yang berani mengenalkan model ke luar kota,” ujarnya. Sebagai fotografer, Oman mencoba menjembatani model-model asal Cirebon untuk mengembangkan karirnya lewat watermark [matamalam]. Menurutnya, prospek di dunia model tidak saja cantik, tapi model layaknya sebagai artis. “Seorang model harus bisa memerankan ide dan konsep yang diberikan fotografer atau klien sebuah produk. Dengan mengerti hal itu, seorang model bisa menjadi brand ambassador berbagai perusahaan dalam memasarkan produknya,” terangnya. Lalu apa kekhawatiran yang dialami sebagian model dalam mengembangkan karirnya? Menurut Oman, dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi saat ini, model dinilai identik dengan wanita ‘gampangan’. Namun, kata Oman, jika menyikapinya secara profesional tidak selamanya jadi model itu enak dan hidup serba glamour. “Yang terpenting, seorang model bisa komitmen dengan perjanjian di awal. Misal dalam satu kontrak kerja. Bekerja secara profesional tanpa ada intimidasi atau paksaan. Insya Allah kekhawatiran atau tanggapan orang itu tidak ada,” pungkasnya. (mike dwi setiawati)
Tampang Butuh Modal
Sabtu 12-09-2015,09:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :