KESAMBI - Memasuki usia ke-94 tahun, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati (RSUDGJ) Cirebon terus melakukan pembenahan di berbagai sisi. Hal ini dilakukan demi peningkatan pelayanan kepada pasien. Terlepas dari segala upaya yang dilakukan untuk pelayanan pasien, RSUDGJ tengah bersiap menuju rumah sakit tipe A di tahun 2018. Saat ini, RSUDGJ menjadi rumah sakit tipe B Pendidikan Utama. Direktur RSUDGJ drg Heru Purwanto MARS mengatakan, perjalanan panjang rumah sakit milik Pemkot Cirebon ini membawa pengalaman yang terus diterapkan untuk perbaikan. Termasuk di dalamnya, kurangnya sarana gedung untuk menampung pasien rawat jalan di poli umum dan lainnya. Karena itu, Heru mengusulkan ke berbagai tingkatan untuk mendapatkan bantuan pembangunan gedung baru sebagai sarana penunjang pelayanan kepada pasien. Beberapa ruang baru telah dimanfaatkan untuk berbagai kondisi pasien. Mulai dari rawat inap pasien kelas III (tiga), penambahan ruang VIP dan lainnya. Di samping itu, ujar Heru Purwanto, RSUDGJ memiliki ruang pelayanan terpadu untuk korban kekerasan ibu dan anak. Di dalamnya ada unsur kepolisian, petugas medis, pengacara dan dokter forensik dalam satu ruangan. “Pasien korban kekerasan langsung ditangani dari berbagai sisi. Proses hukum, medis hingga psikologis,” ucapnya kepada Radar, Senin (14/9). Tidak sampai di situ, jika korban perlu penanganan lebih jauh, dokter spesialis dapat langsung dihadirkan. Pelayanan terpadu untuk korban kekerasan ibu dan anak ini telah berjalan setahun. Bahkan, ruangan tersebut, ujar Heru, satu-satunya pelayanan terpadu untuk korban kekerasan ibu dan anak di Jawa Barat. Selain ruangan pelayanan terpadu tersebut, RSUDGJ memiliki ruangan khusus untuk pasien Tuberkolosis Multi Drage Resisten (MDR). “Sudah dibangun dan digunakan. Akhir Agustus kemarin baru diresmikan,” tukasnya. Ruangan TB MDR merupakan program dari World Health Organization (WHO) atau badan kesehatan dunia. Di seluruh Indonesia, lanjut pria berkacamata ini, hanya ada 88 rumah sakit yang memiliki ruangan khusus penanganan dan pengobatan TB MDR. Untuk Jawa Barat hanya ada di RS Hasan Sadikin (RSHS) dan RSUDGJ. “Banyak pasien gangguan jiwa dari gelandangan yang tidak diketahui identitas keluarganya. Kami rawat dengan biaya ditanggung RS Gunung Jati,” jelas Heru. Sebagai rumah sakit rujukan wilayah Jawa Barat bagian timur, RSUDGJ selalu kebanjiran pasien. Untuk itu, Heru berharap kehadiran FK Unpad turut pula mengembangkan rumah sakit tipe B di wilayah III Cirebon. “Saya ingin maju bersama-sama. Terpenting meningkatkan kualitas pelayanan pasien,” ucapnya. Terbaru, RSHS bekerjasama dengan RSUDGJ guna mempercepat pelayanan. Karena daftar tunggu pasien di RSHS sampai berbulan-bulan untuk operasi. Tahun 2015 ini, RSUDGJ akan memiliki alat caterisasi laboratorium untuk mendiagnosa penyumbatan pembuluh darah jantung. Termasuk pula pemasangan ring bagi pasien penyakit jantung. Dalam hal ini, ujar Heru, pihaknya bekerjasama dengan RS Jantung Harapan Kita Jakarta. Kasubag Humas Polres Cirebon Kota AKP Yana Mulyana SH mengatakan, keberadaan ruang pelayanan terpadu mempermudah tugas jajaran Polres Cirebon Kota. Sebab, korban pemerkosaan misalnya, terkadang enggan diperiksa di Mapolres. Karena itu, pelayanan terpadu di RSUD Gunung Jati tersebut memudahkan tugas polisi, sekaligus juga membantu korban agar cepat pulih secara medis maupun psikologis. “Kami terus menjalin sinergitas bersama RSUD Gunung Jati dalam penanganan korban kekerasan ibu dan anak,” ucapnya. (ysf)
RSUDGJ Menuju Rumah Sakit Tipe A
Selasa 15-09-2015,13:23 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :