Baru 2 yang Standar Sehat
Kantin menjadi bagian penting dalam lingkungan sekolah. Kondisi kantin yang sehat dan bersih membuat siswa juga bisa belajar dengan nyaman. Para guru, dan juga orang tua tentu tak ingin siswa tak belajar karena mengonsumsi jajanan sembarangan.
STANDAR kantin sekolah yang sehat itu seperti apa sih? Lalu, berapa jumlahnya? Pertanyaan atas jawaban ini mungkin sedikit mengagetkan. Karena, ternyata tidak banyak kantin sekolah yang punya standar sebagai kantin sehat.
Data yang diterima Radar Cirebon, dari sebanyak 18 SMP Negeri dan 9 SMA Negeri di Kota Cirebon, hanya ada dua percontohan kantin yang memenuhi kriteria sehat. Dua kantin itu yakni milik SMPN 5 Cirebon dan SMAN 2 Cirebon. Ada beberapa kategori melihat dari pedoman kantin sehat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM.
Kategori kantin sehat itu seperti sarana dan fasilitas yang menunjang, makanan yang sehat, orang yang menyajikan juga harus bersih, serta peralatan yang memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon dr H Edi Sugiarto MKes didampingi oleh Kepala Seksi Wabah dan Lingkungan, Atin Yuningsih, mengatakan sementara ini kantin yang memiliki kriteria sehat di Kota Cirebon masih kurang. Dinkes memiliki dua data itu, yakni SMPN 5 dan SMAN 2 Cirebon. Biasanya kantin sehat ini juga menjadi salah satu syarat penting dan utama dalam lomba sekolah sehat.
Tidak hanya dilihat dari tempat yang bersih dan nyaman, juga harus memiliki sanitasi yang bagus. Menurut Edi, dalam menciptakan lingkungan yang sehat, memang harus juga memenuhi kriteria keseimbangan bibit penyakit, yakni host (tubuh manusia), environment (lingkungan) dan agen (kuman).
Sehingga dengan menjaga itu masyarakat bisa terjaga dari bibit penyakit. Edi mengakui jajanan yang berada di sekolah masih belum sehat sepenuhnya. Karena itu butuh peran serta masyarakat dan sekolah untuk aktif melakuka upaya, salah satunya dengan menegur apabila ada kantin yang menjajakan jajanan tidak sehat kepada siswa.
Sekolah juga punya peranan besar, utamanya dalam mengawasi dan mengontrol jajajan siswa. Dinkes, kata Edi, bersama puskesmas selama ini rutin memberikan penyuluhan kepada sekolah dan kantin. Pihaknya mengaku hanya bisa memberikan saran-saran untuk diterapkan. Sementara yang menjalankan tetap berada di sekolah masing-masing.
Menurut Edi, ada beberapa jajanan sekolah yang memang rawan terkena bakteri. Apalagi daya tahan tubuh anak masih lemah. Sehingga bisa jadi kuman penyakit mudah masuk ke tubuh. \"Yang paling sering sakit perut dan hepatitis,\" tukas Edi.
Sehingga penerapan kantin sehat, mutlak diperlukan agar anak-anak sekolah terjaga dari makanan dan jajanan sembarangan. \"Mulai dari proses masaknya, pengambilannya, sampai yang melayaninya itu juga harus bersih,\" tukas Edi lagi. Di samping sekolah, peranan orang tua juga dibutuhkan.
Edi mengatakan anak akan lebih aman jikalau makan masakan orang tua. Sehingga akan lebih baik, agar orang tua menyiapkan sendiri bekal makanan dari rumah. \"Itu lebih baik dan lebih aman,\" ucapnya.
Sementara Kepala SMAN 2 Cirebon DR H Suroso MPd menjelaskan keberadaan kantin sehat sangat penting bagi anak-anak sekolah. Karena apabila ada anak yang sakit akibat mengonsumsi jajanan di sekolah, maka yang paling bertangung jawab ialah pihak sekolah. \"Bagi kami kantin sekolah yang sehat itu penting di setiap sekolah, agar anak terbebas dari bahan pengawet, dan juga makanan yang tidak higenies,\" tuturnya.
Dengan kantin sehat ini, kata Suroso, bisa menunjang proses belajar mengajar siswa. \"Kalau anak belajar loyo karena sakit akibat jajanan kan bisa mengganggu proses belajar,\" tukasnya. Ia mengatakan keberadaan kantin sekolah tidak semata-mata karena faktor bisnis. Akan tetapi juga harus bisa melindungi siswa dari makanan yang berbahaya.
Selama ini kantin sekolah yang sehat sudah berjalan di SMAN 2 Cirebon. Kantin-kantin yang berada di sekolah, dibina oleh dua orang guru. Tak hanya itu, kantin juga rutin diperiksa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dari siswa, apakah makanannya mengandung boraks, atau pengawet lainnya.
\"Penelitiannya sederhana jadi kalau ada indikasi kejadian di lapangan, anak-anaka KIR ini menelitinya di laboratorium. Kemudian melaporkan ke kepala sekolah. Dari sana kepala sekolah bisa memberikan peringatan kepada kantin,\" tuturnya. (jml)