Densus Obok-obok Cirebon-Indramayu

Sabtu 16-01-2016,12:28 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Bawa 6 Orang, Diduga Terkait Jaringan ISIS CIREBON- Polisi bergerak cepat setelah bom Jakarta. Banyak daerah yang disergap, di antaranya Cirebon dan Indramayu. Dari dua daerah bertetangga ini, Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri membawa 6 orang. Lima orang dari Kabupaten Cirebon, dan satu lagi dari Kabupaten Indramayu. Mereka yang diamankan diduga terkait jariangan Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). Penggerebekan pertama dilakukan Kamis malam (14/1) di sebuah warung nasi goreng milik Tunami (40) warga Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang. Malam itu belasan anggota kepolisian dari Densus 88 Anti-Teror dengan senjata laras panjang tiba-tiba menyerbu warung tersebut. Sasaran polisi adalah dua orang pria yang sedang duduk dan tengah memesan nasi goreng. Menurut keterangan Tunami, ia tidak mengenal kedua pria yang memesan nasi goreng tersebut. Keduanya datang menggunakan sepeda motor matik warna hitam dan langsung duduk menunggu pesanan. Setelah keduanya duduk, tak lama kemudian datang tiga motor yang kemudian datang dan duduk tak jauh dari tempat duduk dua pria tadi. Belakangan sejumlah pria yang datang belakangan itu diketahui sebagai  polisi yang sedang melakukan penyamaran. “Tadinya biasa aja, gak ada yang aneh. Saya waktu itu sudah mau tutup warung. Kebetulan yang dua itu pembeli terakhir,” ujar Tunami kepada Radar. Belum juga nasi goreng yang dipesan kedua pria tersebut jadi, tiba-tiba dari arah utara datang tiga mobil minibus. Mobil-mobil tersebut berhenti tepat di bagian utara warung. Sejurus kemudian para penumpang dalam mobil turun dan menenteng senjata laras panjang. “Saya kaget. Tapi ada yang ngomong itu polisi. Nah yang pesen nasi goreng itu mau kabur,” ceritanya. Diceritakan, salah satu pria berusaha kabur, namun kalah cepat. Ruang geraknya sudah ditutup polisi. Sempat terjadi perlawanan, tapi dua orang itu akhirnya tak bisa berkutik lagi. Belakangan diketahui dua orang itu adalah Do (22) dan Aa (24). Keduanya merupakan warga Desa Orimalang, Kecamatan Jamblang. Sementara penggerebekan kedua dilakukan Jumat (15/1). Polisi mengepung salah satu rumah di Desa Orimalang, Kecamatan Jamblang. Pengegerebekan dilakukan petugas gabungan yang terdiri dari Densus 88, Brimob, Polres Cirebon dan Polsek Klangenan, serta anggota TNI. Suasana menjadi tegang, terlebih setelah polisi mensterilkan akses jalan dan daerah sekitar rumah terduga teroris tersebut. Seluruh penghuni rumah kemudian diperintahkan untuk keluar. Salah satunya kemudian diamankan yakni Cu (32). Cu ini adalah kakak kandung dari Do yang malam harinya diamankan saat membeli nasi goreng. Sedangkan satu terduga teroris lagi berinisial Su (24), juga warga Desa Orimalang, ditangkap saat sedang berjalan di Desa Cangkring, Kecamatan Plered. Su ini semula berada satu rumah dengan Cu. Dia kemudian kabur saat ada penggerebekan. “Kita amankan (Su, red) lalu serahkan ke Polres Cirebon. Kita amankan karena kebetulan yang bersangkutan lari ke wilayah kita,” papar  Kapolsek Plered AKP Munawan SH. Sementara itu, dari rumah Cu polisi menemukan banyak akesori yang berkaitan dengan ajakan jihad. Sejumlah barang pun dibawa, seperti bendera, buku-buku jihad, sejumlah dokumen, senjata tajam, senapan angin dan benda-benda lain yang diduga terkait dengan keberadaan organisasi terlarang yang melakukan aksi teror di Indonesia. Anehnya, aktivitas yang dilakukan oleh Cu secara terang-terangan. Bahkan di bagian depan rumah Cu terpampang tulisan Islamic State dengan warna hitam. Siapa pun yang lewat jalan tersebut pasti melihat tulisan besar tersebut. Di bagian depan rumah terdapat sebuah lemari dari kayu yang di dalamnya terdapat buku bacaan petunjuk jihad dan cara memerangi Amerika. Terpisah, Kuwu Desa Orimalang, Bunarso, mengakui empat warganya diamankan polisi. Bunarso mengatakan selama ini sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan pihak TNI. “Saya juga baru menjabat. Kalau yang saya tahu, memang yang diamankan itu agak tertutup dan jarang bergaul,” katanya. Penggerebekan terakhir di Cirebon dilakukan di Desa Jemaras Kidul, Kecamatan Klangenan. Kal iini yang jadi target adalah Jn (35). Polisi datang ke rumah Jn sekitar pukul 10.30 WIB. Saat itu yang bersangkutan sedang berada di konter HP miliknya, tiba-tiba datang satu rombongan polisi yang menggunakan satu mobil minibus dan dua sepeda motor. Kemudian, Jn disuruh ikut ke dalam mobil. Walaupun sempat menolak, Jn pun ikut juga dan kemudian langsung dibawa ke Jakarta. Mumun Gunawan, salah satu kerabat Jn, mengatakan keluarga masih bingung keberadaan Jn. “Saat ditangkap hanya ada istrinya. Dari cerita istrinya, ada polisi yang datang yang kemudian bawa Jn, tapi gak bilang mau dibawa ke mana. Itu yang bikin keluarga bingung. Kalau pihak keluarga yang penting jelas,” ujarnya. Mumun tidak ingin menduga-menduga soal peran Jn. Mumun mengaku berterima kasih karena polisi tidak memakai cara-cara kasar saat penangkapan. “Proses penangkapannya cepat, tidak ada lima menit. Tidak ada pemukulan atau kekerasan. Info terakhir langsung dibawa ke Jakarta,” imbuhnya. Saat ditanya mengenai apakah Jn berhubungan dengan 4 orang yang ditangkap di Desa Orimalang,  Mumun pun membenarkan hal tersebut. Mereka saling kenal dan sering bertemu. “Rupanya mereka saling kenal dan sering bertemu,” tuturnya. Sementara dari Indramayu, polisi membawa seorang pria berinisial Ah (48). Ah ditangkap di rumahnya di Blok Babakan Jati, Desa Mekarjati, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu. Petugas melakukan penyergapan terhadap Ah sekitar pukul 10.05. Penyergapan tersebut mendapatkan perhatian warga, karena rumah Ah terletak di tepi jalan raya Haurgeulis. Salah satu saksi mata, kodir, mengaku melihat beberapa orang pria bersenjata berpakaian preman turun dari mobil dan sepeda motor, kemudian melakukan penyergapan. Beberapa menit kemudian, para pria tersebut membawa Ah. “Dimasukan ke dalam mobil lalu dibawa pergi entah ke mana. Kejadian itu berlangsung sekitar kurang lebih lima menit. Bahkan, salah seorang dari pria bersenjata itu kembali lagi, untuk membayar di warung. Karena di antara mereka, menunggu di luar dan jajan minuman di warungi,” ujarnya. Kapolres Indramayu AKBP Wijonarko SIK MSi saat dikonfirmasi membenarkan penyergapan terhadap Ah tersebut. Menurut Wijonarko, Ah ditangkap karena diduga ikut bergabung dalam jaringan kelompok teroris. “Dia kini diamankan. Sekarang sedang ditangani dan masih dalam lidik untuk pengembangan. Dia ditangkap di rumahnya melalui penyergapan,” kata kapolres melalui pesan singkatnya. Sedangkan Mh (45) istri Ah, saat ditemui Radar mengaku suaminya mengajarkan anak-anaknya untuk selalu memikirkan akhirat. Namun, suaminya itu tidak mengesampingkan urusan duniawi. Menurut Mf, untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya, sang suami sehari-hari membantu ibunya berjualan bahan material, yakni kayu. “ Kadang berjualan hewan ternak kambing. Apa saja, karena suami saya profesi pekerjaannya berdagang. Tapi, kalau sehari-harinya berjualan kayu bersama orang tuanya,” ujar Mf. Wanita asal Plumpang, Jakarta Utara itu, mengaku tidak tahu apa kesalahan suaminya, karena tiba-tiba di tangkap. Menurutnya, sikap keseharian Ah tidak menunjukan keanehan, apalagi terlibat dalam jaringan teroris. “Setahu saya sebagai istrinya, suami saya itu di rumah saja. Kalaupun keluar, jarang menginap. Saya kaget, rumah saya digerebek oleh sekelompok orang, kemudian membawa suami saya. Suami saya dibawa, sesaat setelah makan. Sementara saya sedang berada di dapur,” aku Mf. (dri/arn/kom)

Tags :
Kategori :

Terkait