Ditemukan setelah Membuat Api Unggun
LINGGARJATI– Empat pendaki asal Jakarta tersesat di Gunung Ciremai, kemarin. Selama berjam-jam mereka tersesat di Selter Bapa Tere dengan ketinggian sekitar 2000 dari permukaan laut (dpl). Keempat pendaki itu baru ditemukan Tim SAR dari Kompepar Linggarjati, Senin pagi (20/2) sekitar pukul 08.30. Saat ditemukan, para pendaki sudah menjauhi jalur pendakian dengan jarak 1,5 KM.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Hanya saja kondisi badan mereka lemas. Meski persediaan makanan berupa mi instan masih mencukupi, namun persediaan air minum benar-benar habis. ”Jika tidak segera ditemukan, peluang mereka untuk selamat sangat kecil,” ujar salah seorang petugas usai proses evakuasi.
Keempat pemuda asal Jakarta itu antara lain Aga (20), Sapda (23), Usup (26), dan Alan (19). Dua dari empat pemuda itu masih kuliah di ibu kota. Mereka mengaku mendaki Gunung Ciremai untuk mencari pengalaman. ”Kami memulai pendakian pada hari Sabtu tanggal 18 Februari lewat jalur pendakian Ciapui Majalengka. Kami membayar tarif pendakian Rp10 ribu per orang,” tutur salah satu dari mereka, Aga saat dikonfirmasi Radar.
Setelah sampai puncak Ciremai, keempat pemuda ini tidak berlama-lama di sana. Sebab cuaca sangat tidak mendukung yang ditandai tebalnya kabut. Mereka turun kembali dengan pedoman peta dalam brosur pemberian dari petugas di Pos Ciapuy Majalengka. Guna mempertegas peta tersebut, mereka pun menggunakan telepon selular (ponsel) dengan fitur maps dan GPS.
Pada awal turun gunung, Aga dan teman-temannya tak menemui masalah. Jalur pendakian yang dilalui sudah benar. Namun saat melalui Pos Bapa Tere dalam ketinggian sekitar 2000 dpl, mereka mulai mengalami masalah. Jalur pendakian tertutup tiga batang pohon besar yang tumbang.
Dari situlah jalur pendakian tidak bisa lagi diprediksi. Peta pemberian petugas pun tidak bermanfaat apa-apa. Sebab peta tersebut tergolong peta buta tanpa ada penjelasan detil. Meskipun memiliki ponsel dengan faslitas komplit, mereka tetap kesulitan menemukan jalan keluar. ”Akhirnya kami mencoba menelepon petugas di pos pendakian Ciapui Majalengka. Kebetulan masih ada satu ponsel milik teman yang bisa digunakan. Tapi ternyata nomor telepon yang diberikan tidak aktif. Lalu kami pun akhirnya memberi kabar ke keluarga di Jakarta,” ucap Aga. Masih menurut Aga, rombongannya mulai tersesat Senin dini hari (20/2) sekitar pukul 03.00.
Sementara itu, pihak keluarga di Jakarta yang sudah menerima kabar dari para pendaki, langsung bergegas menuju TKP. Mereka pun mencoba menghubungi Polsek Cilimus dan Polres Kuningan agar bisa dilakukan pencarian. Selanjutnya Tim SAR dari Kompepar Linggarjati yang naik menuju lokasi yang dikabarkan.
Rupanya keempat pemuda ini sempat berhenti di selter Bapa Tere dan membuat camp. Api unggun pun dibuat, dimaksudkan sebagai tanda keberadaan mereka. Namun lantaran lama menunggu, mereka mencoba meraba-raba rute supaya bisa turun. Tapi bukannya menemukan jalur, mereka justru semakin menjauh, bahkan jaraknya mencapai 1,5 KM di luar jalur. ”Akhirnya kami berhenti lagi membuat api yang besar, sambil memukul-mukul jeriken guna memberitahu keberadaan kami kepada para pencari. Alhamdulillah melalui cara itu kami pun ditemukan,” tutur Aga.
Titik lokasi penemuan sendiri rupanya berada sekitar Selter Pangalap, jauh dari Bapa Tere. Proses evakuasi empat pendaki yang sudah lemas itu membutuhkan waktu berjam-jam. Sekitar pukul 11.30 mereka baru tiba di Pos Pendakian Linggarjati. Di sana sudah ada keluarga pendaki, Kapolsek Cilimus Kompol Sri Muktiningsih dan juga Kapolres Kuningan AKBP Wahyu Bintono SIK MH. Dari perbincangan itu semua merasa heran atas peta buta yang diberikan petugas di Pos Ciapuy Majalengka. Bahkan dari kabar yang diterima, keempat pendaki itu rupanya tidak tercatat.
Namun semuanya bersyukur tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Keempat pemuda yang masih suka tantangan itu bisa pulang ke Jakarta dalam keadaan selamat. (ded)