PANYINGKIRAN - Padi yang ditanam dengan sistem jajar legowo dua, untuk pertamakalinya dipanen, Kamis (23/2). Penanaman padi yang dilakukan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ini, menggunakan lahan pertanian Kelurahan Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran. ““Para petani memanfaatkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT), sehingga upaya peningkatan produksi beras nasional (P2BN) yang ditargetkan terwujud.
Upaya tersebut memerlukan terobosan-terobosan dalam hal teknologi budidaya. BP4K bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Jawa Barat, BPTP, dan pihak swasta telah menetapkan strategi pencapaian surplus beras melalui teknologi pengelolaan tanaman terpadu. Khususnya diawali dengan penggunaan benih padi varietas unggul dan sistem tandur jajar legowo 2,” ujar Kepala Badan Pelaksana, Penyuluhan, Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K), Drs Abdul Gani MSi.
Menurutnya, panen perdana di tahun 2012 tersebut merupakan program peningkatan produksi beras nasional. Panen perdana ini adalah metode penyuluhan yang sedang dikembangkan untuk memberikan penguatan kepada para penyuluh dan kontak tani di lapangan. Apalagi Desa Karyamukti
diproyeksikan menjadi sekolah lapang agrobisnis yang menerapkan teknologi PTT, dengan luas lahan lima hektar ditambah lahan pengembangan seluas 10 hektar. “Totalnya mencapai 15 hektare,” ucap dia.
Dinas Pertanian dan Perikanan, kata dia, telah menetapkan sasaran areal tanam padi tahun 2012 seluas 99.700 hektar dengan luas panen 96.001 hektare yang diperkirakan akan menghasilkan 610.540 ton gabah kering giling (GKG).
Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Jawa Barat, Dr Muransyah Ahmad MSi, juga menganggap bahwa penggunaan teknologi dalam menanam padi
penting dilakukan. Namun, dirinya berpesan kepada para petani untuk memberdayakan pupuk dengan baik. “Kami akui kalau Majalengka merupakan daerah penyokong beras Jawa Barat. Kami harapkan teknologi bisa memacu untuk menghasilkan surplus beras setiap tahun di Jawa Barat,” katanya.
Sementara itu, Bupati, H Sutrisno SE MSi menambahkan, seluruh bupati/walikota se-Jawa Barat telah menandatangani kesepakatan dengan gubernur untuk peningkatan produksi beras. Dalam kesepakatan itu, hingga tahun 2014, Indonesia menargetkan pencapaian surplus beras sebesar 10 juta ton. Jawa Barat sebagai salahsatu lumbung beras nasional mendapat target surplus sebesar 2,9 juta ton. “Angka tersebut akan dibagi ke kabupaten/kota se-Jawa Barat, termasuk Majalengka,” tuturnya.
Dijelaskan, pada tahun 2011-2012, produksi padi Jawa Barat ditargerkan dapat mencapai 12,5 juta ton GKG. Oleh karena itu, Majalengka pun harus
dapat menetapkan target produksi yang proporsional dan realistis sehingga bisa memberi kontribusi optimal terhadap provinsi dan nasional. Sebab, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Majalengka mencapai 1.166.473 jiwa dengan laju pertambahan
penduduk sebesar 0,40 persen per tahun. Dampaknya, kebutuhan akan bahan pokok yakni beras akan terus meningkat.
Berdasarkan perhitungan sekretariat dewan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka, apabila pola konsumsi beras rata-rata sebesar 113 kg per kapita per tahun, maka dibutuhkan 131,8 ribu ton beras setiap tahun. Dengan tingkat produksi beras Majalengka pada tahun 2010 sebesar 334.644 ton, maka terdapat surplus sebesar 202.833 ton. Angka ini merupakan sumbangan terhadap cadangan pangan nasional. “Secara kasat mata, capaian yang diraih menunjukkan bahwa Majalengka masih dalam zona aman,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, salah seorang petani, Endun Abdul Endun Abdul mengungkapkan, faktor cuaca menjadi salah satu kendala. Apalagi irigasi belum stabil. Dengan cuaca ekstrim seperti sekarang ini, saluran irigasi cenderung berubah-ubah. “Kadang kering, kadang juga meluap,” kata dia.(mid)