CIREBON - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon menilai bahwa makam kuno yang ada di Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon merupakan makam tokoh lokal atau tokoh desa setempat. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Disbudpora Kabupaten Cirebon, Made Casta, saat dihubungi Radar (27/2) kemarin.
Ihwal tersebut dikatakan Made berdasarkan hasil rujukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang yang menyebutkan bahwa makam tersebut kemungkinan tokoh lokal. Guna mengetahui secara detail, harus ada penelitian lebih lanjut dengan durasi waktu yang cukup lama. “Penggalian informasi dari tokoh sejarah lokal juga perlu dilakukan, misalnya dari cerita orang tua zaman dahulu, agar terkuak siapa yang bersemayam di bawah gundukan batu bata ini,” ungkapnya.
Dilanjutkan, jika sudah ditemukan siapa tokoh tersebut, baru Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui Disbudparpora akan membuat program guna melestarikan cagar budaya ini. Keterlibatan masyarakat setempat juga akan diprioritaskan, agar lebih terawat dan terjaga, sehingga bisa menjadi museum yang bisa menghasilkan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar. “Steakholder semua akan dilibatkan demi menjaga cagar budaya ini,” imbuhnya.
Terpisah, Ketua PMII Cabang Cirebon, Muzayin Harits mengatakan meski tumbangnya pohon tersebut disebabkan oleh faktor alam. Namun, sebenarnya bisa dicegah atau dihindari jika pemerintah Kabupaten Cirebon memberikan perhatian khusus kepada situs tersebut. Sehingga, segala benda, baik hidup dan mati bisa terawat dengan baik. “Ini bukti jika pemkab tak peduli terhadap situs budaya yang ada di Desa Kanci Kulon,” katanya.
Terkait soal perhatian, tambah Casta bahwa Pemerintah Kabupaten Cirebon sudah merespons apa yang diinginkan komunitas pemuda Kanci Kulon. Berdasarkan Informasi Bapeda dan Bagian Kesra sudah memverifikasi proposal yang mereka ajukan, tinggal menunggu pencairan saja. “Untuk nominal dan kapan pencairannya kami tidak tahu, biar nanti bisa dikonfirmasi lebih lanjut kepada pihak terkait,” tambahnya.
Sementara, dari pantauan Radar di lapangan, kemarin (27/2) kayu pohon asam yang menghujam kompleks makam kuno tersebut mulai dievakuasi oleh warga dengan dipotong tiap bagian batangnya menggunakan gergaji mesin. (jun)