Operasi Tinombala Dilanjutkan, 3.000 Personel Kejar 30 Anggota Kelompok Santoso

Selasa 22-03-2016,08:12 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah untuk memburu kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah tak akan kendur setelah jatuhnya helikopter Bell 412 milik TNI AD. Operasi akan berlanjut hingga tuntas. “Operasi ini harus terus dilakukan sampai Santoso tertangkap,” terang Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Dalam operasi ini, tim gabungan sudah bekerja sejak 9 Januari 2016 hingga 9 Maret 2016. Karena gagal, operasi pun dilanjutkan lagi hingga 9 September 2016. Operasi melibatkan 3.000 personel gabungan TNI. Mereka terdiri dari 1.700 TNI dan 1.300 anggota Brimob. Senada disampaikan Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi. Negara, kata Rudy, tidak boleh menyerah dan kalah terhadap kelompok teroris. “Santoso dan anak buahnya harus tetap diburu dan ditangkap, hidup atau mati. Meskipun ada insiden seperti ini (helikopter TNI AD jatuh, red), Santoso dan kawan-kawannya harus tetap kita cari,” jelasnya pada wartawan di Bandara Kasiguncu Poso, Senin (21/3). Dalam peristiwa jatuhnya heli, Danrem 132 Tadulako Kolonel Syaiful Anwar menjadi korban. Syaiful Anwar adalah penanggung jawab operasi memburu Santoso Cs. Nah, posisi Syaiful Anwar akan digantikan sementara oleh Brigjen TNI Muh Ilyas yang juga merupakan mantan Danrem  132 Tadulako. “Brigjen Ilyas akan bersama-sama saya dalam tugas operasi Tinombala ini,” jelas Rudy, yang menjabat sebagai kepala penanggungjawab Ops Tinombala. MASIH SIMPANG SIUR Sementara itu, penyebab jatuhnya helikopter Bell 412 masih simpang siur. TNI sejak awal memprediksi penyebab jatuhnya dikarenakan cuaca buruk. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti juga menguatkan kemungkinan tersebut dengan menampik prediksi helikopter jatuh karena ditembak kelompok Santoso Cs. Namun, hingga saat ini penyebab pasti jatuhnya helikopter senilai lebih dari Rp100 miliar tersebut belum juga diketahui. Mantan Kapolda Jatim dan Kapolda Sulteng tersebut menuturkan, sangat tidak mungkin helikopter itu jatuh karena serangan kelompok teror di Poso. Hal itu dikarenakan jalur yang dilewati helikopter itu bukan daerah rawan. ”Serangan kelompok teror tidak ada,” terangnya. Helikopter tersebut terbang dari Napu dan jatuh di desa Kasiguncu dengan jarak sekitar 35 km bila menggunakan jalur udara. Sementara lokasi pengejaran kelompok Santoso cs berada di desa Torire, Lore. Helikopter tersebut sama sekali tidak melewati daerah pengejaran Santoso cs tersebut. ”Beda daerahnya, kayaknya tidak ada serangan,” jelasnya. Sementara itu, Presiden Joko Widodo turut berempati terhadap para prajurit yang gugur dalam kecelakaan helikopter tersebut. Dalam rapat terbatas mengenai pencucian uang dan penggelapan pajak di kantor Presiden kemarin, Jokowi menyampaikan duka citanya di hadapan sejumlah menteri. “Saya ucapkan turut berduka cita dan belasungkawa, atas meninggalnya Kolonel Infanteri Saiful Anwar, Kolonel Infanteri Heri Setiaji, Kolonel Infanteri Ontang, dan lain-yang telah gugur di dalam tugas di poso,” ujar Jokowi saat membuka ratas. Kemudian, melalui jubir Johan Budi SP, Presiden menyampaikan sudah mendapat laporan awal mengenai penyebab jatuhnya heli. Hingga kemarin, yang sampai ke Presiden adalah jatuhnya heli akibat faktor cuaca, yakni sambaran petir. “Jadi bukan karena human error atau mesinnya. Murni karena cuaca, sementara ini,’’ tutur Johan. Presiden sudah memerintahkan Menkopolhukam untuk mempelajari lebih lanjut. Hal senada disampaikan Kepala BIN Sutiyoso. Selain karena banyaknya korban prajurit, satu di antara mereka adalah anggota BIN. Yakni, Ontang. “Anak ini (Ontang) sebenarnya baru tiga bulan bergabung dengan BIN,’’ tutur mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Tugas Ontang adalah menyuplai informasi kepada satuan-satuan tugas di Poso. Sutiyoso menuturkan, dia pernah naik helikopter jenis yang sama saat bertugas di Timor Timur. “Pesawat (helikopter) itu sangat tangguh, tapi kan ada masalah yang perlu investigasi,” katanya. Terpisah, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo menjelaskan, potensi Heli jatuh akibat cuaca sangat mungkin terjadi. Sebab, situasi di ketinggian saat cuaca buruk sulit untuk diprediksi. “Biar pun Heli sudah teruji bisa saja, satu dari sekian banyak kejadian begitu (jatuh),\" ujarnya. (idr/byu/far)

Tags :
Kategori :

Terkait