Buku “Merawat Ingatan”, Ajak Masyarakat Ingat Sejarah lewat Puisi

Selasa 12-04-2016,09:51 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Pak, Bu… Ini ada camar Bawa kabar, jika partainya kalah dan calonnya Masuk rumah sakit jiwa, didiagnosa \"gila harta\"! Sebuah kutipan dari satu diantara banyak judul puisi karya Muhammad Lutfi Topan dalam buku \"Merawat Ingatan\". Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon LAHIR di zaman orde baru, besar di zaman reformasi, namun ketika ia mulai dewasa, ia mulai tertarik dengan sejarah tragedi zaman dulu. Ia selalu membeli buku tentang sejarah-sejarah yang mempengaruhi negeri ini. Ketertarikan itu, ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul \"Merawat Ingatan\". Buku kumpulan puisi karya Muhammad Lutfi Topan (ini berisi 35 judul puisi yang merupakan usaha untuk merawat ingatan akan kontemplasi sang penyair dalam melihat fenomena di sekitarnya. Disajikan dengan tanpa bunga-bunga kata, sederhana, namun tetap dengan pilihan diksi yang istimewa. Misalnya saja puisi berjudul \"Pesan dari Bapa\". Sebuah puisi yang mengingatkan tentang perjuangan seorang bapak mengharapkan anaknya yang seorang aktivis mahasiswa untuk pulang. Makna tersebut tersirat pada bait \"Sudahlah Nak, tak usah ikutan gerakan seperti itu. Apa guna IP-mu tinggi selangit jika hanya dipergunakan untuk menghitung kesalahan orang\". Ada pula puisi berjudul \"Sajak Bulan Mei\". Mengingatkan setiap yang membaca puisi ini akan tragedi Mei 1998. Bait \"Di Ibu Kota, sembilan puluh delapan wanita diperkosa. Ditelanjangi, diludahi dan disiksa\", seolah menggambarkan wanita-wanita yang diperkosa, mengalami pelecehan seksual dan huru-hara kerusuhan Mei 1998. Sang penulis, Lutfi Topan ingin mengajak anak muda agar belajar sejarah lewat buku ini. \"Saya ingin anak muda mau kembali memahami sejarahnya dan senantiasa menanamkan jiwa melawan lupa dan mari kita sama-sama merawat ingatan agar tidak melulu dituntun oleh kebohongan,\" ujar Lutfi, saat berbincang dengan wartawan koran ini. Buku setebal 64 Halaman ini rampung setelah 1 tahun ditulis Lutfi dan kini sudah diterbitkan oleh Indie Book Corner serta bisa dipesan di www.bukuindie.com. Pria kelahiran 11 Agustus 1995 itu selain mengingatkan pembaca akan sejarah bangsa Indonesia, buku ini dibuatnya untuk menggambarkan perlawanan anak muda, baik di bidang pendidikan, sosial, hingga kritik kepada pemerintah. Perlu diketahui, Lutfi sebelumnya tergabung dalam organisasi teater. Ia dan teman-temannya sudah mulai membangun teater sejak 11 Agustus 2014 dan diberi nama \"Teater Kolong\". Dari organisasi teater itu, ia ingin mengumpulkan anak muda yang berjiwa produktif, kritis dan mempunyai jiwa kesenian yang tinggi untuk dikembangkan. Dari situ juga, Lutfi belajar bahwa bangsa ini memang besar, bukan sekadar omongan orang tapi memang nyata bahwa Indonesia adalah negara yang hebat karena lahir dari rahim perjuangan dan doa. Lutfi ingin mengajak anak muda untuk tetap pada jiwa yang muda, yang bergerak tapi ingat ruang, yang kreatif dan produktif tidak kenal batas. \"Mulai sekarang harus belajar kritis, jangan galau-galauan atau perang di dunia maya, itu buang-buang waktu,\" pungkasnya. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait