Militer Filipina Janjikan Gempur Kelompok Abu Sayyaf

Kamis 28-04-2016,09:18 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Presiden Filipina Benigno Aquino III berencana melancarkan serangan militer besar-besaran pada kelompok teroris Abu Sayyaf. Serangan ini dilakukan untuk menghancurkan kelompok ini, pasca pemenggalan John Ridsdel (68) warga kanada. Akan tetapi, rencana ini justru dinilai mengancam keselamatan sandera yang ditawan kelompok militan tersebut. Dikutip dari AFP, Rabu (27/4), Aquino tampak sangat murka. Dia bersumpah akan melumpuhkan kelompok tersebut dalam aksi serangan ini. “Korban jiwa pasti terjadi. Namun yang terpenting adalah melumpuhkan kriminal ASG (Abu Sayyaff Grup),” tegasnya. Menurutnya, aksi pemenggalan Ridsek memang sengaja ditujukan untuk meneror warga Filipina. Sehingga, semua orang akan menjadi ketakutan. Sayangnya, tujuan itu meleset.  “Justru sebaliknya, mereka malah membangkitkan kita untuk memastikan keadilan ditegakkan,” ujarnya. Selain alasan pemenggalan, aksi militer ini juga dilatarbelakangi oleh terbongkarnya rencana kelompok radikal ini untuk menculik saudara Aquino, Kris atau salah satu anaknnya dan Manny Pacquino, Atlit tinju Filipina atau salah satu anggota keluarganya. ”Mereka juga mencoba masuk ke penjra New Bilibid dan menjalin hubungan dengan rajah sulayman, gerakan yang berada dibalik aksi bom di Metro Manila,”katanya. Sementara itu, meski salah satu warganya masih berada di tangan Kelompok Abu Sayyaf ini, PM Kanada Justin Trudeu sudah dengan tegas menyatakan tak akan memberi tebusan untuk membebaskan warganya. Dia menolak untuk membayar tebiusan ini dengan alasan tak akan mendukung kriminal atau teroris dengan dana tersebut. “Ini juga akan membahayakan nyawa setiap orang dari jutaan warga kanada yang tinggal, bekerja dan bepegian di seluruh dunia. Karena mereka akan dijadikan target penculikan,” ungkapnya. Perdana Menteri yang terkenal dengan paras tampannya ini pun mengatakan jika sikap ini juga didukung oleh sekutunya, PM Inggris David Cameron. Mereka juga sepakat untuk mendasak negara-negara lain, terutama negara yang warganya disandera, untuk bersikap sama. ”Kita perlu memastikan, bahwa teroris tahu, mereka tidak bisa terus mendanai kejahatan dan kekerasan mereka dengan menyandra orang tidak bersalah,” katanya. Rencana serangan militer besar-besaran ini justru menimbulkan kekhawatiran. Pakar Teroris Sidney Jones justru mengaku cemas atas keselamatan para sandera, termasuk 14 warga negara Indonesia (WNI) bila serangan ini benar terealisasi. Kecemasan ini bukan tanpa alasan. Sebab menurutnya, aksi pemenggalan yang dilakukan terhadap warga Kanada bukan semata karena tebusan. ”Menurut saya bukan itu (tebusan). Tapi, karena adanya ancaman pada kelompok ini oleh militer Filipina,” paparnya. Dia mengatakan, langkah Pemerintah Indonesia saat ini sudah benar. Pemerintah terus melakukan negosiasi. Hal ini pun dimintanya tidak dilakukan di depan media, harus secara diam-diam . ”Jangan operasi dulu. Saya kira yang penting negosiasi secara intensif dengan mereka,” ujarnya. Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) itu juga meminta pemerintah untuk mengecek fraksi mana yang menahan WNI di Filipina ini. Pasalnya, ada tujuh fraksi yang ada dalam naungan Kelompok Abu Sayyaf ini. Meski satu kelompok, kebijakan setiap fraksi ini berbeda-beda dan tidak saling berkaitan. ”Saya percaya mereka disandera oleh fraksi berbeda (dari fraksi yang melakukan pemenggalan terhadap Ridsdel). Ini harus dipastikan,” tegasnya. (mia)

Tags :
Kategori :

Terkait