Proyek Pujasera Cilimus Rp1 Miliar Bangkrut

Senin 16-05-2016,14:13 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN- Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) terpaksa kabur dari Pujasera Cilimus. Sebagian lebih memilih kembali berdagang di pinggiran jalan Pasar Cilimus, sedangkan lainnya tutup karena bangkrut. Kondisi tersebut terjadi akibat Pujasera Cilimus yang dibangun Pemkab Kuningan dengan anggaran fantastis Rp1 miliar tahun 2014 lalu tersebut tidak mampu memikat pengunjung.  Sejak digunakannya awal 2015, Pujasera Cilimus yang semula ditempati 132 PKL hasil relokasi dari Jalan Pasar Cilimus tersebut sepi. Akibatnya PKL merugi. Mulai drastisnya penurunan omzet hingga harus gulung tikar. Secara bertahap, pedagang pun memilih kabur meninggalkan losnya di Pujasera Cilimus. Dari total 132 pedagang lebih, kini hanya tersisa 9 pedagang. Kondisi Pujasera Cilimus, pun kini kosong. Orang sering menyebutnya Pasar Burung. Atau Pasar tak berpenghuni. “Mau pindah kemana lagi, bingung. Sedapatnya aja di sini,” ujar Een Enah (42), pedagang plastik di Pujasera Cilimus, saat ditanya Radar Kuningan, Minggu (15/5). Ia mengaku, dulu berdagang di pinggiran jalan Pasar Cilimus dengan omzet lumayan. Kemudian Ia pun taat kebijakan pemerintah dengan mengikuti program relokasi ke Pujasera Cilimus untuk ketertiban umum. “Waktu disuruh pindah ke sini (pujasera, red) pemerintah janji mau bikin pujasera ini ramai. Kalau sudah begini (sepi, red), kami juga yang rugi,” keluh ibu berjilbab ini. Een Nuraeni (56), pedagang kupat tahu juga mengeluhkan hal serupa. Kata dia, kosongnya los-los di Pujasera Cilimus kebanyakan karena dagangannya bangkrut. Yang pindah kembali ke jalan Pasar Cilimus hanya sedikit. Sebab jalan tersebut, selalu ditertibkan aparat. “Mohonlah ke Pemkab Kuningan, bantu kami. Buat pujasera ini ramai. Kalau sepi terus kayak begini, saya sama yang masih ada di sini bisa semua bangkrut,” ungkapnya. Koordinator Pedagang Pujasera Cilimus Maman Uwoh menuturkan, sejak awal sudah memprediksi akan sepinya pujasera ini. Sebab bangunan toilet saja berada di bagian wajah pujasera, bukan di belakang sebagaimana laiknya. Pertimbangan kedua, di bagian depan pujasera juga tidak disediakan lahan untuk pasar lemprakan. Seperti pedagang sayuran. Pemerintah hanya membangun los-los di dalam pujasera. “Kuncinya kalau pujasera ini mau ramai, harus disediakan lahan buat pedagang lemprakan. 15 tahun lalu, Pasar Cilimus saja sepi. Orang lebih memilih ke Pasar Timur. Tapi setelah banyak pedagang lemprakan, Pasar Cilimus jadi ramai,” tutur sesepuh pedagang asal Desa Cilimus ini. Sebab itu, Ia meminta pemerintah daerah segera memanfaatkan lahan kosong depan pujasera, atau samping Terminal Cilimus untuk segera dibuat lahan pedagang lemprakan. Sebab pasar lemprakan dijaminnya akan mampu menjadi pemancing ramainya pujasera. “Pindahkan juga toilet ke belakang. Jangan di depan. Dari dulu saya sudah pertanyakan toilet didepan, tapi gak didengar,” akunya. (tat)    

Tags :
Kategori :

Terkait