KEJAKSAN - Pemasangan reklame Asmaul Husna oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), menuai protes dari sejumlah tokoh masyarakat. Mereka menuding pemasangan asal-asalan dan tidak memperhatikan estetika. “Lebih baik dicopot saja,” tegas mantan calon wakil walikota, Drs H Priatmo Adji, kepada Radar, Senin (16/5). Adji juga mengkritik statemen para petinggi DKP yang menyebut pemasangan reklame sebagai bentuk pelaksanaan Visi Religius, Aman, Maju dan Aspiratif (RAMAH). Padahal, kata religius yang terdapat pada awalan akronim RAMAH seharusnya tidak dimaknai demikian. Pemahaman Adji saat mendengar Visi RAMAH di kampaye pemilihan walikota, religius yang dimaksud dalam hal kepemimpinan. Kemudian menjadi arah dalam pelaksanaan pembangunan dan kehidupan masyarakat. Visi itu diungkapkan saat kampanye kepada masyarakat dan menjadi janji dari para pemimpin. Sehingga, pemasangan reklame Asmaul Husna tidak dapat dikatakan sebagai cerminan visi RAMAH. Kemudian, bila dihitung ternyata di Jl Dr Cipto Mangunkusumo hanya ada 20 unit. Mantan anggota Komisi B DPRD ini bahkan menyebut pembuatannya terkesan asal-asalan. Sebagai warga kota, dirinya merasa malu karena tulisan tersebut tidak terlihat alias tenggelam. “Bukannya mempercantik, malah tenggelam dengan keberadaan iklan komersiil yang serba besar,” tandasnya. Kondisi seperti ini, kata dia, membuat median di Jl Dr Cipto Mangunkusumo menjadi tambah semrawut. Dirinya mengusulkan reklame tersebut dilepas, karena setiap pekan Kota Cirebon ramai dengan kunjungan wisatawan. Dikhawatirkan, keberadaan papan reklame tersebut malah tidak berkenan. Sebelumnya, Kepala Bidang Pertamanan DKP Kota Cirebon, Abing Rijadi ST justru mengklaim banyak pihak memberikan apresiasi atas pemasangan reklame Asmaul Husna. “Ini menambah semangat DKP untuk memasang lebih banyak tempat,” tuturnya. Abing berharap, pemasangan reklame Asmaul Husna bisa dilakukan di seluruh titik Kota Cirebon. Ke depan, pemasangannya diharapkan tidak menggunakan dana APBD lagi. Perusahaan yang ada di Kota Cirebon bisa memberikan sumbangsih berupa dana corporate social responsibility (CSR), untuk pemasangan reklame Asmaul Husna di wilayah terdekat. Sebagai contoh, di Jalan RA Kartini ada banyak tempat usaha. Mulai dari hotel hingga restoran. Setiap dari jenis usaha yang ada bisa memasang minimal lima tiang. Dengan alokasi minimal lima tiang, sepanjang Jalan RA Kartini bisa dihiasi reklame nama-nama Allah tersebut. “Hal ini memberikan kesan kota religius bagi wisatawan luar kota,” tuturnya. (abd)
Reklame Asmaul Husna Bukan Jaminan Kota Ini Religius
Senin 16-05-2016,16:26 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :