Kalau Koes Plus disebut sebagai band legendaris Indonesia, pasti banyak yang sependapat. Koes Plus adalah pelopor musik pop dan rock ’n roll di Indonesia. Mereka mulai berkiprah sejak 1960 yang dimulai dengan membentuk band keluarga, yakni keluarga Koeswojo. Namanya pun Koes Bersaudara (Koes Brothers). Mereka adalah Jon, Tonny (alm), Nomo, Yon, dan Yok. Album pertama mereka dirilis pada 1962. Pada 1969, namanya berganti menjadi Koes Plus.
Tidak terasa, tahun ini genap 50 tahun Koes Plus berkiprah. Sudah banyak sekali album yang mereka buat. Sampai-sampai Yok tidak tahu lagi jumlah albumnya. ”Pokoknya, banyak,’’ jawabnya saat ditemui di markas Koes Plus di Cipete, Jakarta Selatan, Selasa (19/6). Sangat banyak juga lagu karya mereka yang everlasting, masih dikenal meski sudah melintasi tiga generasi.
Kalau banyak musisi lawas yang mengeluh karena pendapatan royalti yang kurang teratur di Indonesia, Yok justru sebaliknya. Dia tidak terlalu memikirkan masalah royalti. ”Kalau royalti, saya nggak pikir. Mau dibayar ya diterima. Kalau tidak, ya sudah. Rezeki sudah diatur sama Allah,’’ tegasnya. Karya-karya Koes Plus jadi bahan bajakan di mana-mana, tetapi dia juga tidak marah. ”Kalau lagu-lagu kami dibajak, berarti banyak yang suka,’’ sambungnya.
Namun, mereka tidak patah semangat untuk bermusik. Meski sudah berumur dan rambut memutih, mereka masih ingin bisa berkarya dan menghibur. Di usia emas perjalanan karir, mereka menyiapkan hiburan untuk rakyat. Pada 23 Juni nanti, mereka menyiapkan konser di Panggung Archipelago, Taman Mini Indonesia Indah. Panggung terbuka tersebut dilaksanakan 10 jam nonstop. Tiga generasi Koeswojo bersama sahabat dan pelestari karya-karya Koes Plus dari berbagai penjuru Indonesia boleh tampil.
Tidak ada tiket yang dijual karena pentas itu gratis. Yok bilang, acaranya untuk umum. ”Acaranya santai-santai. Namanya juga pentas untuk masyarakat Nusantara. Mari kita bernostalgia,’’ ajaknya. Agus Giri selaku panitia pelaksana menambahkan, hingga saat ini, sudah ada 11 band yang ikut bergabung dalam acara tersebut. ”Sekarang sudah ada 11 band, tapi pasti nanti nambah lagi. Pokoknya, band-band itu membawakan lagu-lagu Koes Plus,’’ jelas Agus.
Ditanya tentang makna 50 tahun berkiprah di dunia musik, Yok yang didampingi Nomo mengatakan bahwa 50 tahun adalah hal yang istimewa. ”Pokoknya, dinikmati saja,’’ jawab Nomo. Sementara itu, Yok merasa senang karena selama 50 tahun ini Koes Plus masih ada di hati penggemarnya. Karena ada penggemar, mereka merasa berarti. ”Kalau tidak ada penggemar, ya kami sama saja seperti yang lain. Maka, saya ingin bermusik sampai mati,’’ tegas Yok. (jan/c6/ayi)