KUNINGAN - Upacara memperingati detik-detik proklamasi Kemerdekaan ke-65 RI di Stadion Mashud, Rabu (17/8), diwarnai perilaku buruk oknum anggota Korp Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Bayangkan, di saat seluruh unsur muspida, pejabat dan pasukan pengibar bendera mengikuti upaca dengan penuh khidmat, ratusan anggota Korpri malah menunjukan rendahnya jiwa patriotisme mereka. Di barisan depan tampak sekali barisan peserta upacara yang rapih. Tapi di belakang, peserta upacara amburadul. Kondisi memprihatinkan tersebut lebih ditunjukan oleh pasukan Korpri. Menyusul para pelajar SMA dan SMP. Sedangkan pasukan Polri, TNI, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Ormas dan perguruan tinggi tetap berdiri tegak meskipun panas menyengat di bulan suci Ramadan. Parahnya, ratusan anggota Korpri bukan sekadar duduk dan jongkok di tempat yang seharusnya berdiri dalam upacara kemerdekaan tersebut. Tetapi malah membubarkan diri untuk mencari tempat yang teduh. Sebagian lagi masih tetap berdiri tetapi dengan kepala ditutup lembaran koran. Di belakang, mereka pun tampak tidak menghormati perjalanan upacara. Mereka malah aktif mengobrol dan bercanda dengan sesama temannya. Sehingga perbedaan suasana di depan dan di belakang begitu kontras. Pada upacara tersebut, bertindak sebagai inspektur upacara Bupati H Aang Hamid Suganda dan Komandan Upacara Kapt Inf Cucun Sukmawijaya. Komandan pasukan pengibar bendera, Bara Al Assad dari SMKN 1 Kuningan, pengerek bendera Yogi Nur Adhi Gumilang SMAN 1 Kuningan, pembawa bendera Ahmad Yasin SMAIT Al Multazam, pengibar bendera Ifan Rospela SMAN 1 Kuningan, pembawa bendera duplikat pusaka Chintya Zulnie Pratama SMKN 2 Kuningan dan pembawa bendera pusaka, Intan Rimeida SMAN 2 Kuningan. Prosesi pengibaran bendera pusaka oleh paskibraka cukup memukau. Kelihaian dan kekompakan menyatu dengan gerak dan tujuan. Prosesnya sampai bendera sang saka merah putih berkibar di angkasa nyaris sempurna. Dalam sambutannya, Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda menyatakan, kemerdekaan diraih dengan perjalanan panjang dan penuh pengorbanan dari para pendahulu. Jadi, alam kemerdekaan ini sangat mahal. Karena itu, Aang mengajak masyarakat untuk mensyukuri dan menghayati arti kemerdekaan ini. ”Mari kita berintrospeksi, apakah selama ini kita telah berbuat mengisi kemerdekaan secara seimbang dengan pengorbanan para pejuang kita dulu,” ujarnya. Ia menyadari apa yang telah dikorbankan oleh para pejuang belum sebanding dengan apa yang telah diperbuatnya untuk kepentingan bangsa ini. Tetapi paling tidak, semuanya harus bisa menunjukan penghargaan atas pengorbanan mereka (pejuang, red). Atas dasar itu, Ia mengajak masyarakat untuk melakukan sesuatu yang positif dan bernilai bagi kepentingan lingkungannya berdasarkan profesi masing-masing. ”Ini tentu dalam mempercepat keberhasilan pembangunan sesuai cita-cita proklamasi dan tujuan pembangunan nasional,” katanya. Aang menggarisbawahi, bahwa semangat proklamasi harus menjadi spirit dan daya juang dalam mempercepat proses pendewasaan berpolitik dan bernegara sebagai konsistensi dalam menjalankan demokrasi. ”Juga diperlukan berbagai langkah strategis dalam mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Sekaligus mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan,” terangnya. Selanjutnya dalam konteks kedaerahan, selaku warga Kuningan patut bersyukur dan berbangga hati atas berbagai kemajuan yang telah dicapai selama ini. Baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Berbagai infrastruktur telah dibangun hampir di semua sektor pembangunan. Seperti sarana transportasi, peribadatan, pendidikan, kesehatan, pertanian, olahraga, perdagangan dan penataan lingkungan perkotaan. ”Dari kerja keras pemerintah dan warga Kuningan telah banyak prestasi dan penghargaan yang diperoleh, baik di tingkat provinsi maupun nasional,” bebernya. (tat)
Patriotisme Anggota Korpri Amburadul
Rabu 18-08-2010,06:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :