Singapura Diteror Virus Zika, Indonesia Siaga

Rabu 31-08-2016,12:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA– Indonesia bakal kembali direpotkan oleh virus Zika. Kali ini, bukan dari dalam negeri, melainkan dari negeri tetangga, Singapura. Kemenlu menyatakan masih menunggu informasi yang lebih jelas sembari menyiapkan travel warning. Sementara, Kemenkes masih mengandalkan detektor di pelabuhan dan bandara internasional. Kemunculan virus Zika di Singapura dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan (Ministry of Health, MOH) Setempat pada 28 Agustus lalu. Dalam situs resminya, pihak MOH menyatakan telah mengonfirmasi adanya 56 kasus infeksi virus Zika di wilayah negara bekas jajahan Inggris itu. 36 kasus di antaranya diketahui lewat pengujian secara aktif terhadap orang yang dinilai berpotensi. MOH meminta warga yang tinggal di kawasan Aljunied Crescent untuk segera memeriksakan kesehatannya. Terutama ibu hamil. Juga di kawasan lain yang menjadi fokus MOH. Seperti Khatib Champ, Sembawang Drive, Kranji Road, Joo Chiat Place, Senoko South Road, Toh Guan Road East, dan Lor 101 Changi. Dalam situsnya, MOH merilis gejala-gejala yang bisa dicurigai sebagai gejala Zika. Di antaranya, demam, kulit kemerahan (rashes), nyeri sendi, otot, sakit kepala, serta mata yang memerah. Sebagai langkah penanganan, selain merawat pihak-pihak yang terinfeksi, MOH juga memeriksa orang-orang yang selama ini dekat atau sering berhubungan dengan pasien. Sebagai langkah pencegahan, MOH mengingatkan agar semua orang yang bepergian ke area yang ditemukan kasus Zika agar lebih berhati-hati. Juga, menghindari gigitan nyamuk di tempat-tempat itu. Kemudian, semua wisatawan yang kembali dari daerah rawan disarankan agar melakukan kegiatan yang aman. Termasuk dalam hal berhubungan seks. Seperti menggunakan kondom. Atau, setidaknya berhenti dari aktivitas seks selama delapan minggu setelah kembali. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menuturkan, sejauh ini antisipasi pemerintah tetap sama seperti yang sudah ada selama ini. Yakni, mengandalkan screening di bandara dan pelabuhan. Khususnya, bagi penumpang yang berasal dari luar negeri. “Kalau positif demam, kita minta diambil darahnya dan mengisi kartu alert atau kartu kewaspadaan,” ujar Nila di kompleks Istana Kepresidenan kemarin (30/8). Bila hasil tes darah dinyatakan positif Zika, maka orang tersebut akan dipanggil kembali untuk ditangani lebih lanjut. Menkes memastikan, di setiap bandara yang melayani penerbangan internasional maupun pelabuhan-pelabuhan laut terdapat alat screening tersebut. Selain itu, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) juga disiagakan mengantisipasi hasil screening. Dia menjelaskan, Zika sudah ditetapkan WHIO sebagai masalah dunia. Sebenarnya, Zika dapat dikatakan sama dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Vektor penularnya pun sama, nyamuk Aides Aegypti. Bedanya, yang dikhawatirkan dari DBD adalah syok yang menyebabkan kematian. Sedangkan untuk Zika yang dikhawatirkan terutama ibu hamil.  Para ibu hamil yang positif zika dikhawatirkan bakal melahirkan anak dengan kondisi kepala mengecil atau microcephaly. Juga, penyakit syaraf yang disebut dengan guillain barre. Namun, kebenaran akan dampak Zika itu hingga saat ini belum bisa dibuktikan secara medis. Meskipun masih diragukan, tapi berbagai negara sudah memberikan warning. Terutama, lanjut Nila, yang paling ditakutkan adalah di Brasil. “Yang di Singapura itu yang dikatakan terkena adalah indigenous (asli), jadi bukan dibawa pulang dari Brasil,” tuturnya. Untuk gambaran terbaru, tutur Nila, pascaolimpiade Rio, belum ada laporan atlet ataupun ofisial yang terjangkit virus tersebut. Nila memastikan, di Indonesia baru-baru ini juga ditemukan lagi warga yang terkena virus Zika. Mereka adalah bagian dari masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi. Salah satu laboratorium mengadakan penelitian potensi DBD terhadap suku anak dalam. “Pemeriksaan lab itu bisa di-sequence, bisa dilihat ternyata ada zika positif,” terang menteri 67 tahun itu. Disinggung mengenai jumlah penderita yang positif dari Suku Anak Dalam, Menkes mengaku tidak hafal. Dia hanya mengatakan bahwa pihak laboratorium menyebut jumlahnya sangat sedikit. “Satu atau berapa, begitu. Tidak sampai puluhan,” ucap Nila. Temuan itu menunjukkan, potensi orang Indonesia terkena virus Zika sama besarnya dengan potensi terkena DBD. Sebab, sumbernya sama-sama dari nyamuk Aides Aegypti. Tanda-tandanya sama. Demam, kulit kemerahan, dan ciri DBD lainnya. Sebagian akan sembuh sendiri. Penanganan medisnya pun akan sama. “Daya tahan tubuh saja yang kita angkat,” jelasnya. (byu/mia)

Tags :
Kategori :

Terkait