LONDON - Sejarah akhirnya benar-benar dicatat Oscar Pistorius. Atlet Afrika Selatan itu menjadi orang pertama yang bisa berkompetisi di Olimpiade dengan kaki palsu menyusul penampilannya di nomor 400 meter cabang atletik Olimpiade 2012 di Olympic Stadium, London, kemarin.
Pria 25 tahun yang kedua kakinya diamputasi di bawah lutut ketika masih bayi itu bahkan sukses menembus semifinal yang akan berlangsung hari ini. Sebab, dia menduduki posisi kedua di heat-nya dengan catatan waktu 45,44 detik.
Seperti dilansir BBC, catatan waktunya hanya kalah 0,40 detik dari sprinter Republik Dominika Luguelin Santos yang menempati posisi pertama. Hebatnya, pelari berjuluk Blade Runner tersebut mengungguli peraih perunggu Olimpiade Beijing 2008 dari Rusia Maksim Dyldin yang berada di posisi ketiga dengan selisih waktu 0,08 detik.
Pistorius yang juga akan tampil di nomor estafet 4 x 400 meter tersebut pun tak menyangka bakal bisa tampil sebagus itu dalam debutnya di ajang olahraga multicabang terbesar di dunia tersebut.
”Saya tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Apakah harus menangis atau tertawa dengan hasil hari ini (kemarin). Semua ini seperti perasaan yang bercampur aduk. Ini adalah pengalaman yang paling luar biasa di dalam hidup saya,’’ ucap Pistorius.
Tampil sebagai satu-satunya atlet yang mengalami keterbatasan fisik di Olimpiade kali ini, Pistorius mendapat dukungan besar dari 80 ribu pasang mata di stadion. Dukungan itu pun dibayar peraih total empat emas di Paralympic tersebut dengan semangat tinggi.
”Saya tahu dia bakal mendapat paling banyak sorotan (apa pun hasil yang diperoleh). Tapi, saya suka dia. Dia pelari yang bagus,” kata Luguelin Santos tentang Pistorius.
Seperti diberitakan The Guardian, pelari berusia 25 tahun itu menyebut atmosfer yang dirinya rasakan kemarin mengingatkannya kembali ke Athena delapan tahun silam. Ketika itu dia yang baru berusia 17 tahun tampil untuk kali pertama di Olimpiade para penyandang cacat, Paralympic Games.
Bagi Pistorius, hasil itu menjadi akhir penantian yang indah selama tujuh tahun. Pada 2005 dia sebenarnya mendapat tawaran dari Federasi Atletik Internasional (IAAF) untuk turun di perlombaan bagi atlet yang tidak cacat. Sayang, dia tidak dapat datang di IAAF Grand Prix yang berlangsung di Helsinki, Finlandia, itu lantaran terganjal persoalan studi.
Tawaran tersebut membuka harapan bagi Pistorius untuk tampil di Olimpiade. Namun, harapan itu sempat surut ketika pada 2007 IAAF mencurigai kaki palsu menambah kekuatannya saat berlari.
Beruntung, hasil tes di Cologne Sports University, yang disusul pengesahan dari CAS (Pengadilan Arbitrase Olahraga), membuatnya berhak tampil di Olimpiade 2008 di Beijing. Sayang, catatan waktunya tak memenuhi syarat hingga gagal menembus skuad Afrika Selatan. Mimpinya akhirnya baru terwujud di Olimpiade 2012 kali ini di London.
Tapi, itu tak berarti perdebatan mengenai kaki palsu Pistorius yang terbuat dari bahan serat karbon sudah tamat. Dia juga pernah dikritik keras setelah berterus terang menyebut kedua kaki palsunya sudah memberi banyak keuntungan jika dibandingkan dengan pelari dengan kaki asli (bukan penyandang cacat).
Namun, terlepas dari segala pro-kontra itu dan apa pun hasil yang akan diraihnya hari ini, Pistorius tetap tersenyum lega. Perjuangannya selama ini ternyata tidak sia-sia.
Dia pun mantap menyebut yang sudah dilakukannya itu sebagai bagian dari dedikasi teknologi untuk kemajuan olahraga. ’’Jika peralatan seperti ini baru ada 14 tahun lagi, mungkinkah ada pelari Paralympic yang memecahkan rekor dunia,” tutur Pistorius. (ren/c10/ttg)