Mereka Berhasil Merawat Anak di Bawah Berat Normal

Senin 06-08-2012,03:06 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Berkat Perhatian Ekstra Melahirkan bayi yang beratnya di bawah normal menjadi tantangan tersendiri. Selain riskan untuk merawatnya, diperlukan juga perhatian masalah kesehatan. NORMALNYA, berat bayi mencapai 2.500 gram. Namun ada beberapa kasus, ibu diharuskan melahirkan bayi di bawah berat normal. Seperti Eka Oktaviani misalnya, Ibu dari Syfara Adika Gunawan (2) ini mengalaminya. Ia melahirkan putri dengan berat di bawah normal. “Iya di bawah normal, karena hanya 2.300 gram. Prematur,” ungkapnya saat ditemui Radar, Minggu (5/8). Kelahiran putrinya tersebut dengan berat di bawah normal diakui Eka karena beberapa faktor. Seperti saat hamil ia selalu sering menggunakan sepatu high heels. Bukan hanya itu, ia juga masih melakukan kebiasaannya mengendarai mobil sendiri. Sehingga berpengaruh pada kesehatannya saat hamil. “Aku kecapekan, jadi bayinya lahir di bawah normal. Belum lagi suka pulang malam, jadi istirahat kurang,” ujarnya ditemui di bilangan Krucuk. Bagi Eka, ini menjadi pengalaman tersendiri untuknya, juga untuk ibu-ibu lain. Sehingga dapat menjaga kesehatan saat masa kehamilan, agar sang buah hati tidak lahir di bawah berat normal. “Khawatir juga, apalagi waktu itu usia kandungan baru 7,5 bulan. Tapi Alhamdulillah proses persalinan normal. Ini jadi pembelajaran untuk saya,” papar wanita yang tergabung dalam Cirebon Hijabers Community ini. Melihat kondisi sang buah hati yang lahir di bawah berat normal, Eka melakukan beberapa perawatan. Ia mengambil tindakan untuk menginkubator sang buah hati. “Kebetulan adik iparku dokter anak. Disarankan untuk ditinggal, diinkubator. Jadi waktu itu saya sudah pulang, anak saya masih di rumah sakit,” kata wanita yang saat itu melahirkan di RS Pertamina Cirebon ini. Kekhawatiran Eka tidak sampai di situ. Ia pun menyerahkan semuanya pada dokter untuk keselamatan sang buah hati. “Karena pada saat itu anakku bilirubinnya tinggi, kekuning-kuningan, jadi langsung diinkubator. Tidak pikir-pikir lagi,” tutur ibu yang mengikubator buah hati selama tiga hari ini. Setelah diinkubator, Eka ekstraketat dalam merawat anak, terutama untuk pemberian gizi. Ia lantas memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif untuk buah hati. “Mengejar ke berat normal. Setelah sebulan aku kasih asupan ASI, berat anakku sudah normal, 2.500 gram,” kata wanita berkawat gigi ini. Demi menyakinkan kondisi sang anak baik-baik saja, Eka merutinkan diri untuk membawa sang anak check up setiap seminggu sekali. “Terus check up. Betul-betul perhatikan masalah kesehatan,” sambungnya. Setelah dua tahun, Eka masih memperhatikan kesehatan sang anak. Dengan terus memberikan asupan gizi yang terbaik untuk sang anak. “Perbanyak buah-buahan, sayuran. Apalagi anakku suka pudding, jadi aku terus asup dia makanan yang mudah menggemukkan badan. Soalnya lagi kejar target berat normal seusianya,” bebernya. Selain Eka, adapula Yosiane, ibu yang berhasil melahirkan bayi dengan berat di bawah normal. Sang buah hati terlahir dengan berat hanya 2.100 gram. “Jelas di bawah normal, waktu itu memang kondisi kecapekan,” ujar warga Harjamukti ini. Karena kondisi yang terlalu capek, Yosi mengaku kaget ketika sang anak terlahir dengan berat di bawah normal. Sehingga ia harus mengambil langkah untuk mengingkubator sang anak. “Lahir normal, cuma karena kecapekan dan kurang istirahat, membuat anakku harus diinkubator,” katanya. Untuk soal perawatan, Yosi mengakui lebih protectif terhadap sang anak. Dengan pemberian ASI eksklusif, demi menstabilkan bobot sang anak ke angka normal. “Jaga asupan gizi, untuk seusia dia paling ASI saja,” tuturnya. Adalagi ibu yang berhasil melahirkan anaknya dengan berat hanya 1.500 gram, ini dialami oleh Widya Ayuningtyas. Warga asal Harjamukti ini mengaku bahwa saat kehamilan tidak terlalu memperhatikan kondisi kesehatannya. “Karena terlalu capek, banyak pikiran, sehingga tidak fokus masalah kesehatan bayiku,” katanya. Widya menjelaskan bahwa saat ini ia tak pernah luput untuk mengawasi kondisi sang buah hati. Mulai dari mengontrol ke dokter anak, hingga asupan gizi. “Banyak konsul dengan dokter anak dan ahli gizi. Dari diri sendiri juga banyak makanan bergizi, karena pengaruh juga ke ASI,” ujarnya. Sementara, Bidan Wahyuningsih menjelaskan jika ibu melahirkan bayi dengan berat di bawah normal banyak faktor yang menjadi alasan. Faktor lingkungan internal, eksternal, penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan. “Jadi faktornya itu di antaranya usia ibu, jarak kehamilan atau kelahiran, paritas, kadar gizi, pemeriksaan kehamilan, kadar hemoglobin, dan penyakit sang ibu saat hamil,” bebernya. Secara tidak langsung, kata dia, adapula faktor lingkungan dan ekonomi. “Ini juga pengaruh. Maka dari itu, untuk kesiapan ibu hamil harus benar-benar diperhatikan. Supaya ibu dan bayi selamat dan sehat,” tuturnya kepada Radar, Minggu (5/8). Mengenai berat bayi di bawah normal, ia menerangkan sang ibu harus ekstra perhatikan kondisi kesehatan sang buah hati, agar beratnya segera bertambah. “Pasca kelahiran harus diperhatikan. Pemberian ASI jangan sampai terlewat. Untuk langkah awal bisa diinkubator, selebihnya perhatikan pola gizi dan rutin cek dokter,” pungkasnya. (adinda pratiwi)

Tags :
Kategori :

Terkait