Tarling Jangan Dicampuri Politik

Sabtu 11-08-2012,08:45 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Abraham Mengaku Hadir, tapi Siap Jika Nanti Dimutasi  SUMBER– Kemarahan Bupati H Dedi Supardi MM karena banyak pejabat yang tidak menghadiri kegiatan tarawih keliling (tarling) di Gegesik, ramai diperbincangkan. Beberapa pejabat yang ditemui koran ini, enggan berkomentar alias tutup mulut. Tapi, ada juga yang “berani” berkomentar. Salah satunya Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, Drs Abraham Muhammad MSi. Ditemui di ruang kerjanya, kemarin, Abraham mengaku menghadiri acara tarling di Gegesik meski tidak melakukan absensi. “Tidak usah absen, yang penting hati nuraninya. Selalu hadir tapi tidak absen. Ngapain absen, seperti murid TK saja,” bebernya. Abraham mengaku tak mengikuti acara itu secara penuh karena harus mengantarkan putrinya yang menjadi calon dokter yang dipindah dari RS Ciremai ke RS Waled. Masih menurut Abraham, yang terpenting dari kegiatan tarling adalah ibadah, jangan dicampuri dengan unsur politis. Dia juga meminta siapa pun agar tidak mengisukan sesama rekan pejabat dan jangan menjadi pecundang dengan mencari muka di depan bupati. “Saat kegiatan yang dihadiri bupati, semua hadir. Sementara tidak dihadiri bupati, tidak hadir. Menjadi pejabat yang terpenting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta terdapat hasil nyata. Malam itu bisa dicek lah ke temen saya, Munaji. Saya datang sama dia, sampai-sampai saya pinjam baju koko,” tegasnya. Disinggung mengenai pejabat yang mangkir dalam kegiatan tarling terancam mutasi, Abraham mengaku siap untuk mutasi. “Kepada masyarakat ada hasilnya, tetapi tidak dapat reward apa-apa. Siap saja untuk mutasi atau digeser,” ucapnya. Abraham kemudian membeberkan salah satu bukti nyata Diskominfo yang mampu menghasilkan PAD senilai Rp1,7 miliar dari retribusi menara telekomunikasi di tahun 2012. Selain Abraham, Kepala Dinkes Hj Endang Susilowati juga tidak hadir. Saat dikonfirmasi melalui telepon, Endang mengaku sudah izin untuk tidak hadir kepada wakil bupati dan sekda. Dia beralasan sedang mendampingi sang suami H Priatmo Adji yang mengadakan kegiatan reses dapil III Kota Cirebon. “Siangnya saya sudah izin ke Pak sekda dan Pak wabup. Mereka sudah tahu, saya rasa mereka memakluminya,” katanya. Sumber lain koran ini menyebutkan, Abraham tidak pernah hadir mengikuti kegiatan tarling. Tarling Safari Ramadan berlangsung selama empat kali sepanjang Ramadan. Kegiatan pertama di Kempek Palimanan, kemudian Desa Ciledug Kulon, Kecamatan Ciledug, Desa Leuwimunding, Kecamatan Lemahabang, dan Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik. “Dari kegiatan pertama sampai yang terkahir beliau (Abraham, red) tidak pernah hadir. Jika mengaku hadir mana buktinya?” tanya sebuah sumber yang enggan namanya dikorankan. Sementara Staf Humas Pemkab Cirebon, Faren, mengatakan, kedatangan pejabat dalam kegiatan tarling bersifat wajib. Pasalnya, kegiatan tersebut merupakan ajang silaturahmi antara pejabat dengan rakyat. Jadwal kegiatan tarling, kata Faren, sudah disebarkan kepada seluruh pejabat yang ada di Kabupaten Cirebon. Begitu pula dengan adanya perubahan jadwal. “Jadwal kegiatan tarling di Gegesik dijadwalkan pada Selasa (7/8), namun terjadi perubahan jadwal menjadi Kamis (9/8). Mungkin ada yang lupa dan memang berhalangan untuk hadir, kurang tahu juga. Yang jelas jadwal sudah dikirimkan kepada pejabat, begitu pula dengan perubahan jadwal,” ucap Faren diamini oleh Staf Humas lainnya, Dede. Koran ini juga sempat menghubungi beberapa camat di Wilayah Timur Cirebon (WTC). Tapi sayangnya tak satu pun yang mau memberikan tanggapan. \"Kalau soal kemarahan Pak Bupati itu, saya no comment saja Mas,\" kata salah satu camat di WTC. Camat lainnya mengatakan, pada dasarnya tarling pada bulan Ramadan itu perlu. Namun, kata dia, terkait isi kemarahan bupati, dia enggan berkomentar. \"Wah, kalau soal pernyataan Pak Bupati seperti yang ada di Radar, tidak mau komentar,\" tutur camat yang ditemui usai mengikuti gelar pasukan arus mudik. Sementara Kepala Dinas Kehutanan, Perkebunan, dan Peternakan Ali Efendi menjelaskan, kemarahan bupati sangatlah wajar. Hal itu dianggap sebagai kritikan terhadap para bawahan. \"Kegiatan safari Ramadan tidak hanya bernuansa keagamaan. Namun juga ada rasa kedekatan antara pimpinan dengan masyarakat secara langsung. Jika sudah ada kedekatan, perlahan nanti ada beberapa solusi untuk memecahkan permasalahan di masyarakat yang tidak diketahui oleh Pemkab Cirebon. Hal inilah yang kemudian menjadi penting dalam mengikuti safari Ramadan tersebut,\" bebernya. Pria murah senyum ini menambahkan, aspirasi masyarakat harus ditampung untuk kemudian ditindaklanjuti dalam safari Ramadan tersebut. \"Justru menurut saya ini momen penting. Sebagai para pelayan publik yang diberi amanah sebagai kepala dinas, tentu harus banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat,\" terang Ali. Terpisah, salah satu aktivis WTC, Ujang Kusumah Atmawijaya, menyebutkan, dari emosi yang diungkapkan di hadapan publik oleh bupati, dikhawatirkan membentuk kubu politik lain pada internal Pemkab Cirebon. \"Saya kira ini akan menimbulkan kesan negativ, karena sudah semakin dekatnya pemilihan bupati dan Pilgub,\" ungkapnya. (swn/via/mid)

Tags :
Kategori :

Terkait