Mega Kritik Pidato SBY

Sabtu 18-08-2012,09:21 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Tak Hadiri Peringatan HUT RI di Istana JAKARTA- Angka pertumbuhan ekonomi yang disebutkan Presiden SBY dalam pidato nota keuangan 2013 dinilai bukan realita di tengah masyarakat. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mempertanyakan asal-muasal angka pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pada 2013 akan stabil di kisaran angka 6,8 persen itu. \"Kita bisa buat pidato apa pun. Namun, yang paling penting apa yang kita sampaikan harus objektif, realistis, apa yang kita lihat di lapangan,\" kata Mega setelah memimpin upacara pengibaran bendera detik-detik Proklamasi RI di halaman gedung DPP PDIP, Jakarta, kemarin (17/8). Menurut Mega, pidato seorang kepala negara harus melihat realita di lapangan. Dari pengalamannya sebagai presiden, Mega mengaku selalu menanyakan dulu apa situasi terkini yang terjadi di tengah publik kepada para menteri. \"Salah satu yang harus dijadikan acuan, saya tanya sama menteri saya,\" ujarnya. Dalam hal ini, pidato mengenai keuangan negara tidak harus terkait dengan statistik. Mega menyatakan, dirinya paham betul bahwa statistik bisa saja direkayasa untuk kebutuhan yang diinginkan. \"Kalau memang betul ada pertumbuhan, dari mana angka datangnya. Kalau di perkotaan, mungkin. Namun, akan berbeda kalau dilihat di seluruh Indonesia,\" katanya. Mega menegaskan, ukuran angka pertumbuhan ekonomi sebenarnya bisa dilihat secara kasat mata. Kata dia, kunci pertumbuhan ekonomi adalah bangsa itu mampu berdiri di atas kaki sendiri. \"Kunci saya, kalau ada pertumbuhan, kita tidak impor. Itu sederhana saja,\" ujarnya sambil mengkritisi fakta bahwa pemerintah masih melakukan impor sejumlah bahan pokok. Menyoal isu hari kemerdekaan RI, selain berdikari, Mega menyebut ada syarat lain sebuah bangsa bisa disebut merdeka. Mega menyatakan, ciri itu adalah bangsa itu bisa berdaulat secara politik dan mandiri. Saat ini, menurut dia, bangsa Indonesia belum mampu berdaulat secara politik. \"Banyak undang-undang yang nuansanya lebih mementingkan orang luar daripada bangsa sendiri,\" ujarnya mengingatkan. Mega juga mengomentari kesengajaannya selama delapan tahun tidak hadir dalam upacara 17 Agustus di Istana Merdeka. \"Kenapa saya tak hadir di istana? Saya sebagai pribadi kan boleh saja merayakan 17 Agustus di mana saja,\" kata Mega. Putri Proklamator RI Soekarno itu menambahkan, jangan sampai peringatan 17 Agustus hanya terjebak pada persoalan seremonial. Menurut dia, yang terpenting justru pemaknaan tentang arti kemerdekaan. \"Tidak perlu seremonialnya. Tapi kan hakikat kemerdekaan. Jadi, kalau saya di sini, ya nggak salah. Kapan-kapan kalau ke istana ya nggak salah. Kok kita terkungkung pada urusan seremonial,\" ucapnya. Sementara itu, nuansa adat Batak, Sumatera Utara, mendominasi perayaan peringatan HUT ke-67 RI di Istana Kepresidenan, kemarin (17/8). Ulos, kain khas Batak, tampak menghiasi sudut-sudut istana yang dikombinasi dengan dekorasi bunga dan kain atau bendera Merah Putih. Tidak hanya itu, musik Gordang Sambilan dan tari Tor-Tor juga ditampilkan di sisi halaman Istana Negara untuk menyambut tamu dan undangan upacara detik-detik proklamasi. Ditampilkannya dua kesenian itu seperti menjadi penegasan setelah sempat muncul kabar adanya klaim oleh Malaysia terhadap seni Gordang Sambilan dan tari Tor-Tor. Kesenian lain yang juga ditampilkan di bagian istana yang lain musik daerah Maluku, musik Melayu Kepulauan Riau, dan seni tradisional Banten Calung Renteng. Peringatan HUT RI ke-67, kemarin, hampir sama dengan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, yakni jatuh pada hari Jumat di Bulan Ramadan. Presiden SBY memimpin langsung sebagai inspektur upacara. Pembawa bendera Merah Putih adalah Mega Ayundya dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah. Usai pengibaran bendera Merah Putih, melintas lima pesawat Sukhoi dan lima pesawat F-16 yang melakukan atraksi fly pass. Di jajaran undangan, tidak tampak dua mantan presiden RI. Yakni BJ Habibie dan Megawati Soekarno Putri. Mega memilih untuk melaksanakan upacara di kantor PDIP, Lenteng Agung. \"Ibu Mega memperingati (HUT RI) bersama partai PDI Perjuangan. Kan sama-sama merayakan 17 Agustus,\" kata Ketua MPR Taufik Kiemas, suami Megawati. Sore harinya, sebelum upacara penurunan bendera, ditampilkan kesenian dari berbagai daerah. Seperti kesenian masal Soya-Soya yang merupakan tarian patriotisme dari daerah Maluku Utara. Tarian itu menggambarkan sifat patriot rakyat Maluku Utara dalam upaya pencarian jenazah ayahanda dari Sultan Baabullah, yaitu Sultan Khairun yang diculik penjajah. Selain itu juga kesenian massal Lengger Calung Banyumasan. Tarian itu diperagakan 100 penari wanita dengan menyajikan gerak khas Banyumasan dengan diiringi Calung, perangkat musik khas Banyumas. (fal/bay/c1/agm)

Tags :
Kategori :

Terkait