Warga Usir Pengikut MI

Jumat 24-08-2012,09:17 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

PABUARAN - Ratusan warga di Desa Pabuaran Kidul, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon beramai-ramai mendatangi kediaman salah satu pengikut aliran sesat Millah Ibrahim (MI), Mochammad Ridho (38), Kamis (23/8). Sebanyak 200 orang lebih, menyambangi rumah Ridho di RT 04 RW 02 Desa Pabuaran Kidul. Warga menuntut kepada Ridho dan istrinya Iyus (35) serta rekan-rekan seakidahnya pergi dari Kecamatan Pabuaran. Bukan hanya mengusir, warga juga menginginkan Ridho dimutasi ke tempat lain dari kantornya sebagai PNS di Puskesmas Pabuaran. \"Kami melarang keras pengikut aliran sesat MI beraktivitas dan berada di daerah kami. Kalau memang mau berada di lingkungan masyarakat Desa Pabuaran Kidul, silahkan untuk mengucap dua kalimah syahadat dan bertaubat menjadi muslim yang benar sesuai akidah kami,\" ujar orator sekaligus tokoh Pemuda, Harsono (35). Ketika mendapati kediamannya dikerumuni warga, Ridho langsung pulang dari tempat kerjanya. Ridho menemui ratusan warga dan sempat berdialog. \"Jujur saja, kita sudah gerah terhadap aliran MI di desa kami. Masyarakat ingin ada kedamaian, tidak dibikin resah seperti sekarang. Justru kami ingin menyelamatkan anda dari kemurtadan aliran sesat supaya lurus di jalan yang benar,\" teriak salah satu warga. Kepala Satgas Desa Pabuaran Kidul, Rohendi (36) mengatakan, warga yang menyambangi kediaman Ridho sudah geram dan kesal. Sebab, para pengikut MI di Desa Pabuaran Kidul sudah berjanji akan hengkang dan menghentikan aktivitas keagamaannya setelah fatwa sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon diputuskan. Namun, setelah fatwa sesat dikeluarkan MUI, para pengikut MI tetap menjalankan aktivitas keagamaan. \"Beberapa hari lalu ada kegiatan di sini (rumah Ridho, red). Warga semua tahu dan akhirnya kami sepakat untuk melakukan aksi penolakan Ridho di desa ini,\" ucapnya. Rohendi berterima kasih kepada pihak kepolisian karena telah sigap mengantisipasi unjuk rasa penolakan Ridho di Desa Pabuaran Kidul. \"Untungnya polisi tiba tepat waktu. Soalnya kalau terlambat, warga dipastikan berbuat anarkis,\" kata dia. MINTA PERLINDUNGAN POLISI Sementara, kepada Radar, Mochammad Ridho bercerita terkait aliran sesat MI yang dianutnya. Dikatakan suami Iyus ini, apa yang dituduhkan kepadanya terkait kesesatan MI merupakan fitnah. \"Tidak benar apa yang diceritakan warga di media-media. Saya dan rekan pengikut saya murni agama Islam. Kalau MI itu awalnya hanya simbol di situs internet saja. Sementara aliran kami benar-benar Islam,\" ungkapnya. Salah satu fitnah yang ditonjolkan kesesatan MI, menurut Ridho, adalah adanya rasul setelah Nabi Muhammad SAW. \"Kami mengakui kalau Muhammad itu nabi terakhir. Khotamannabiyyun,\" ujarnya dengan mata sedikit memerah karena ketakutan. Ketika ditanya apakah ada beberapa pengtahbisan nama-nama ulama Islam seperti Umar Bin Khattab disandangkan kepada si A, atau Ali Bin Abi Thalib disandangkan kepada si B, atau Usman Bin Affan kepada si C, Ridho membantahnya. \"Enggak ada itu yang namanya si A dijadikan atau dipanggil Umar, si B Ali, atau si C Usman. Yang ada itu pencontohan saja, bukan gelar atau panggilan. Hal lainnya adalah soal salat Jumat. Kita salat Jumat kok, seperti biasanya. Ada juga tuduhan kita tertutup. Siapa bilang tertutup? Kita terbuka. Siapa pun boleh ikut pengajian yang digelar pada malam Jumat. Kita juga puasa kok di bulan Ramadan. Nah, soal seragam putih-hitam itu, kita ingin ada ciri khas pengikut kami,\" dalihnya. Terkait fatwa sesat MUI, Ridho mengaku harus menghormatinya. \"Keputusan MUI harus kita hargai. Saya yakin persoalan warga yang datang ke rumah saya bisa diredam dan mudah-mudahan masyarakat juga bisa mengerti,\" kata dia. Lalu apa yang akan dilakukan Ridho dan keluarganya ketika tuntutan warga mengusir ke tempat lain? Ridho justru menegaskan bahwa bumi Allah itu luas. \"Saya akan sekuat tenaga bertahan di sini. Perlahan kita akan memberikan pemahaman kepada masyarakat yang menolak kami. Kalau saya dimutasi, kesalahan saya apa? Toh saya tidak punya kasus atau masalah di kantor saya,\" tegas pria dua anak ini. Sebagai antisipasi aksi anarkis warga, Ridho sudah meminta perlindungan kepada pihak kepolisian. \"Kita selalu koordinasi dengan aparat, termasuk Polsek Pabuaran,\" tuturnya. Terpisah, tokoh pemuda Desa Pabuaran Kidul, Kasto (30) berencana akan melayangkan surat permohonan pindah kerja (mutasi) bagi Ridho kepada Puskesmas Pabuaran. Dalam surat tersebut dilampirkan ratusan tanda tangan warga Desa Pabuaran Kidul yang menolak Ridho tinggal di Pabuaran. Surat juga ditembuskan kepada Koramil 2006/Pabuaran, Polsek Pabuaran, MUI Kecamatan Pabuaran, serta pihak terkait lainnya. \"Kami akan antar surat ini bersama-sama ratusan warga ke Puskesmas Pabuaran secara langsung besok (hari ini, red),\" janjinya. Pantauan Radar, tidak hanya di Desa Pabuaran Kidul. Di Desa Pabuaran Lor yang juga dihuni beberapa pengikut MI terjadi penolakan dari warga setempat. Bahkan, sempat dilakukan penyisiran anggota MI ke rumah-rumah yang diduga pengikut MI. Namun, warga sempat mengurungkan niat penyisiran. Dan memilih untuk berkonsultasi dengan MU Kecamatan Pabuaran, dalam hal ini KUA Kecamatan Pabuaran. (mid)

Tags :
Kategori :

Terkait