Proyek DAK Kecamatan Harjamukti Amburadul

Senin 05-12-2016,12:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

HARJAMUKTI - Janji kontraktor menuntaskan proyek dana alokasi khusus (DAK), sepertinya sekadar lip service. Di lapangan ternyata kenyataannya berbeda. Terutama proyek-proyek di Daerah Pemilihan (Dapil) I Kecamatan Harjamukti. Pantauan Radar di Jl Penggung Raya dan sekitarnya, betonisasi justru terhenti. Peningkatan Jalan Katiasa ke arah penggung baru rampung satu lajur. Itu pun belum semunya dibeton. Sedangkan satu lajur lainnya belum ada pengerjaan sama sekali. Kondisi jalan yang belum dibeton terlihat rusak parah dan sulit dilewati kendaraan. Kondisi sama juga terlihat di sekitar Pangkalan TNI Angkatan Udara (AU) dan Lapangan Kebon Pelok. Sepanjang ruas jalan ini baru dibeton satu jalur, sementara jalur lainnya dibiarkan tanpa pengerjaan. Ketua Komisi B DPRD, Ir H Watid Sahriar menyayangkan kinerja kontraktor yang lambat dalam pekerjaan betonisasi. Menurutnya, kerusakan jalan di Kecamatan Harjamukti sudah terlalu lama menunggu diperbaiki. Tapi, sekalinya diperbaiki justru pekerjaannya tidak sesuai harapan. “Kasihan masyarakat. Kontraktor laporan ke kita seolah semuanya baik-baik saja,” ujar Watid, kepada Radar, Senin (5/12). Melihat kenyataan di lapangan, Watid pesimis proyek pembangunan yang bersumber dari DAK Rp96 miliar tersebut rampung tepat waktu. Tidak hanya di Dapil I, dari tinjauan lapangan di Dapil III kondisinya juga tidak jauh berbeda. Banyak trotoar yang sudah dibongkar, tapi tidak dikerjakan. Ada juga yang sudah dikerjakan tapi tidak dituntaskan. Bahkan ada yang tidak sesuai spesifikasi dan harus dibongkar ulang. “Ada yang di bawahnya dikasih brangkalan sebelun dibeton. Itu pelanggaran,” tegasnya. Melihat fakta-fakta tersebut, politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ini mengingatkan pemkot untuk tidak membayarkan hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi kontrak. Sebab, pekerjaan yang tidak sesuai spek justru malah merugikan pemkot dan masyarakat. “Ruginya dobel dobel. Nanti kalau rusak lagi, anggaran perbaikannya besar. Harusnya bisa buat yang lain, ini balik lagi buat ngurus jalan,” sesalnya. Anggota Komisi B DPRD, H Budi Gunawan justru curiga pemenang proyek menggunakan sub kontraktor. Sebab, hasil pekerjaannya berbeda-beda. Kemudian, di beberapa lokasi terjadi pengurangan spesifikasi yang sangat signifikan. “Jujur saja kalau di-sub-kan. Ngakunya sih ngerjain sendiri, tapi fakta di lapangan ngomongnya lain,” tegasnya. (abd)

Tags :
Kategori :

Terkait