Perlu Penyamaan Persepsi tentang Koperasi

CIREBON - Guna memajukan dunia perkoperasian di Kabupaten Cirebon, Dinas Koperasi dan UMKM terus berupaya meningkatkan kompetensi dan kebersamaan antar koperasi. Hal yang paling penting dilakukan saat ini, penyamaan persepsi grand design perkoperasian. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon, Abraham Mohamad mengungkapkan, semua koperasi di wilayahnya perlu penyamaan persepsi dalam grand design perkoperasian. Untuk itu pihaknya belum lama ini telah mengundang seluruh perwakilan koperasi yang ada. Termasuk dari koperasi unit desa (KUD). “Grand design perkoperasian di kita ini perlu dibangun. Tujuannya, untuk memudahkan dalam pengembangan koperasi itu sendiri. Dan ketika nanti di lintas sektoral atau para OPD maupun stakeholder mempertanyakan peranan Dinas Koperasi, kita sudah ada standarisasinya,” ujar Abraham. Lebih lanjut dia menerangkan, penyamaan persepsi grand design koperasi tersebut, perlu diberlakukan untuk semua jenis koperasi. Mulai dari yang berkaitan dengan jasa, perdagangan, pertanian, maupun perindustrian di Kabupaten Cirebon. “Misalnya untuk koperasi yang bergerak di perdagangan, juga harus disamakan persepsinya. Misalnya kaitan dengan pangsa pasar dan sebagainya, juga perlu sama,” ungkap Abraham. Selama ini, kata Abraham, melihat koperasi perdagangan memiliki peluang cukup bagus. Apalagi yang bergerak di bidang rotan, karena ekspornya cukup baik. “Rotan saat ini sudah bergeliat lagi, saya lihat ekspornya juga sudah bagus,” tuturnya. Dia menjelaskan, koperasi yang memiliki peran penguatan ekonomi daerah ini, harus terus berkembang. Sistem gotong-royong yang ada di koperasi tidak dimiliki perusahaan. Artinya, hanya koperasi yang cocok untuk pembangunan perekonomian masyarakat di Indonesia, terutama Kabupaten Cirebon. Koperasi tidak mengalami degradasi, sekalipun pada saat krisis monoter. \"Karena koperasi mengadopsi sistem gotong-royong. Saya berharap koperasi ke depan akan lebih banyak lagi dan memberikan manfaat bagi masyarakat, serta penguatan ekonomi lokal,” pungkasnya. (sam)