JAKARTA – Dr Ir Arief Yahya MSc semakin kelihatan kapasitasnya sebagai marketing dan sekaligus doctor strategic marketing. Pengalaman membesarkan PT Telkom Indonesia hingga dalam 2 tahun double itu tidak lepas dari ilmu marketing yang dia terapkan secara komprehensif. Sebagai CEO, dia tidak hanya ahli dalam konsepsi, tetapi juga mumpuni di implementasi. Keseimbangan yang tidak mudah ditemukan dalam satu figur. Wajar, jika Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendapat award di bidang promosi pemasaran. Kementerian yang dipimpinnya sukses meraih penghargaan \"Government Marketeers Award\" dari MarkPlus, Inc dalam acara The MarkPlus Conference ke-11 di akhir tahun 2016 atau MPC 2017. Ini sama sekali tidak mengagetkan semua orang, karena Kemenpar era Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla kali ini benar-benar memegang prinsip corporation. Bukan birokrasi, bukan kepegawaian negeri yang belum 100 persen move on di era digital ini. Bertempat di Ballroom, The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, penghargaan tersebut langsung diserahkan oleh Hermawan Kartajaya yang juga Founder & Chairman MarkPlus, Inc kepada Deputi Pemasaran Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, Kamis (8/12). ”Terima kasih kepada Markplus, penghargaan ini atas keberhasilan perjuangan seluruh tim Kemenpar memasarkan Wonderful Indonesia. Ini semua berkat arahan, dorongan, dan pecut dari Bapak Menpar Dr Arief Yahya, serta dukungan dari segenap kawan di Deputi Pemasaran Mancanegara Kemenpar RI,” ujar Pitana. Seperti diketahui, The MarkPlus Conference ke-11 adalah konferensi pemasaran terbesar di Asia. Untuk tahun ini mengusung tema New Realities, New Marketing, New Content, For Indonesian Human, Beyond 3.0. Dalam perhelatan ini, The MarkPlus Conference (MPC) 2017 memfokuskan pembahasan mengenai tren dan fenomena pemasaran yang akan terjadi di Indonesia pada tahun 2017 mendatang. Acara selama satu hari penuh ini dihadiri oleh sekitar 5.000 partisipan yang terdiri dari para eksekutif perusahaan, pebisnis, pemasar, akademisi, pelajar, dan profesional dari Indonesia maupun luar negeri. Konferensi ini juga melibatkan 500 perusahaan dan 50 pembicara pilihan yang kompeten dalam bidangnya. Selain itu, acara ini pun didukung penuh oleh beberapa kementerian. Adapun menteri yang hadir pada acara ini adalah Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. “Di tahun 2017 kita harus siap dengan kenyataan-kenyataan baru yang tidak disangka seperti Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, Tiongkok yang menjadi wisatawan nomor 1 di Indonesia dan munculnya generasi muslim yang moderen. Suka tidak suka kita harus terima, maka dari itu judulnya New Realities” jelas Hermawan saat membuka MPC 2017. Hermawan juga menjelaskan konsep terbaru Marketing 4.0 yang bukunya baru saja diluncurkan pada acara The MarkPlus Conference 2017. Marketing 4.0 tetap mempergunakan Marketing 3.0 sebagai fondasinya. “Mau 4.0 dan seterusnya, tetap spirit 3.0 tidak boleh hilang jika ingin survive pada tahun 2017,” tegas Hermawan. Hermawan menambahkan di tahun 2017 brand harus dapat benar-benar membuktikan janji produknya, karena tren akan kembali ke konten tidak lagi konteks semata. Sebab itu, para pemasar harus mengadopsi pendekatan style with substance, konten kuat namun juga harus appealing agar orang lebih tertarik lagi. Soal marketing secara global, Hermawan menitikberatkan perpaduan antara tiga kekuatan, yaitu: Islam, Barat, dan Tiongkok. Perpaduan itu nantinya akan menghasilkan entrepreneurs yang tangguh, creativity yang semakin canggih, dan productivity yang semakin tinggi. Organisasi bisnis di tahun 2017 harus mempunyai semangat sebagai entrepreneurial marketing oganization dan harus dapat mengelola dengan baik online-offline, machine-to-machine, dan human-to-human. Pada acara tahunan ini juga, The MarkPlus Conference 2017 menghadirkan berbagai sesi menarik, antara lain: The New ABCDs of Marketing: Advertising, Branding, Communications, and Digital bersama Prof. Jonathan Wilson dari Richmond University; Emerging Media Technologies bersama Celeny Da Silva, CEO Wunderman Asia Pacific; dan New Worlds, New Opportunities yang dibawakan oleh Executive Director Kellogg School of Management Robert C.Wolcott. Kemenpar memang terus berjuang dari hari ke hari mempromosikan Wonderful Indonesia. Selain itu, beberapa waktu lalu, banyak netizen kagum dengan cara promosi destinasi Indonesia, di mana salah satunya Taman Nasional Komodo di jantung Kota New York, AS. Gambar hewan melata raksasa langka itu dilihat oleh banyak masyarakat New York yang lalu lalang. Bagi masyarakat Indonesia, kemunculan destinasi-destinasi Nusantara di luar negeri adalah sebuah kebanggaan tersendiri. “Tujuan dari materi visual tersebut adalah menciptakan awareness. Setelah itu kami dorong ke arah transaksi lewat berbagai expo di luar negeri. Di sinilah terlihat hasil dari kampanye yang kami lakukan dengan indikator pembelian paket perjalanan atau penerbangan ke Indonesia. Wisatawan mancanegara ke Indonesia pun bertambah” tambah Pitana. Tahun lalu wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 10 juta alias sesuai target pemerintah. Dengan target 12 juta sepanjang 2016, Pitana dan kawan-kawan sudah menorehkan tren positif dengan berhasil mendatangkan 8.362.963 wisman sampai September 2016 lalu. Artinya ada kenaikan sebesar 8,51% di mana untuk kali pertama kunjungan wisman ke Indonesia mencapai satu juta selama Juli sampai September. Kementerian Pariwisata di bawah naungan divisi mancanegara berhasil memanfaatkan momentum tepat ketika Presiden Jokowi sangat mendukung peningkatan wisman. Strategi yang dilakukan oleh Kemenpar mencakup semua jaringan, mulai dari konvensional sampai online. Namun ketika ditanya bagaimana cara paling tepat, Pitana menjawab singkat, “Go digital,” Ketika disajikan berbagai data Go Digital bahwa potensinya sangat besar, keyakinannya bertambah dan membuahkan hasil. Salah satu contoh, keberhasilan Indonesia menggaet wisman Tiongkok dengan berkolaborasi bersama jaringan Baidu, yang disebut-sebut sebagai Google-nya penduduk sana. Selain itu, buzzer dan influencer dari mancanegara diajak untuk melakukan perjalanan di beberapa destinasi Indonesia sehingga bisa share di media sosial masing-masing. Selain kampanye marketing di berbagai channel, kebijakan yang dianggap memberi kontribusi signifikan, antara lain program promosi Bebas Visa Kunjungan (BVK), program Border Tourism, sampai hard selling bersama agen-agen perjalanan maupun maskapai penerbangan. Kantong-kantong destinasi populer seperti Bali, Jakarta, dan Bintan masih menjadi andalan. Bali masih dianggap sebagai destinasi serba lengkap mulai dari alam sampai jasa. “Ketika mendarat di Bali ada perasaan sangat happy. Hawa liburan sudah terasa ketika sampai di bandara. Hal itu yang sebenarnya yang ingin dibangun di destinasi lain,” ungkap Pitana. Selain Tiongkok, negara-negara yang berhasil menjadi penyumbang wisman besar ke Indonesia adalah Malaysia, Singapura, sampai Australia. Dalam waktu dekat, Pitana ingin segera menyasar India. Potensinya besar karena angka kunjungan ke Indonesia sudah di atas 300.000 jiwa. Ke depannya, Pitana menargetkan agar wisman ke Indonesia tidak hanya datang ke satu destinasi karena hanya ada satu penerbangan langsung dari negara mereka. Misalnya, wisman ke Bali bisa juga menyambangi Lombok dan Banyuwangi. Mereka yang ke Jakarta bisa juga mengunjungi Bandung atau Yogyakarta. Menurut Pitana, wilayah Manado sudah menjadi destinasi potensial lainnya karena punya penerbangan langsung dari luar Indonesia. “Di sana tidak hanya mengembangkan Bunaken saja. Tapi potensi sekitarnya juga, semisal Bitung dan Minahasa Utara. Tahun-tahun mendatang pun kami akan terus menggenjot jumlah turis wisman dengan target 15 juta sepanjang 2017,” tutup Pitana.(*)
Government Marketeers Award 2016 Hadiah Akhir Tahun Kemenpar
Senin 12-12-2016,16:05 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :