Leicester, Kamu Jahat!

Sabtu 25-02-2017,13:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

LEICESTER – Sepak bola memang kejam. Tetapi, Claudio Ranieri sudah paham betapa kejamnya sepak bola kepadanya. Tiga dekade lebih berkarier sebagai juru taktik, dia lima kali merasakannya. Dia pernah Dipecat di Valencia, Juventus, Inter Milan, Timnas Yunani. Terbaru, Leicester City yang memecatnya. Ya, Leicester resmi memberhentikan Ranieri, kemarin WIB (24/2). Ranieri dipecat meski kontraknya masih akan berakhir pada musim panas 2020 mendatang. Nestapanya, dia dipecat selang sembilan bulan setelah dia merasakan indahnya juara Premier League. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelum dipecat sebelumnya. \"Tidak diragukan lagi, dialah pelatih Leicester tersukses sepanjang masa. Tetapi di Premier League, status kami berada di bawah ancaman, dan klub merasa perlu perubahan dalam kepemimpinan tim ini. Kami akui keputusan ini memang menyakitkan. Tetapi, ini diperlukan demi kepentingan terbesar klub,\" tulis Leicester dalam pernyataan resminya. Ranieri pelatih ketiga di Premier League yang dipecat pada musim berikutnya usai menjadi juara. Sebelumnya, Manchester City memecat Roberto Mancini selang 11 bulan setelah juara. Jose Mourinho lebih singkat lagi. Dia dipecat selang tujuh bulan usai dapat memberi gelar juara ketiganya di Premier League bagi Chelsea. Ya, begitulah kejamnya sepak bola seperti kata pelatih AS Roma, Luciano Spalletti dikutip Football Italia. Sama halnya dengan yang dikatakan Mourinho. \"Juara di Inggris dan jadi pelatih terbaik FIFA tahun ini, dipecat. Inilah era sepak bola baru. Tetap senyum amico (kawan). Tidak ada yang mampu menghapus sejarah yang sudah kamu tulis,\" tulis pelatih Manchester United itu dalam akun Instagram-nya @josemourinho. Sebelum Ranieri mendapat berita pemecatannya tersebut, dia sudah konfiden kursi pelatih Leicester aman. Dia pernah berujar, pemilik Leicester, Vichai Srivaddhanaprabha dan dia, pernah saling berjanji saat awal kerja sama, dua musim lalu. Janjinya, ketika The Foxes –julukan Leicester– degradasi, Ranieri takkan pergi. Bahkan, pada 8 Februari lalu, petinggi klub via situs resminya menegaskan bahwa spekulasi pemecatan Ranieri tidak benar. \"Seluruh klub ini bakal bersatu di belakangnya (Ranieri),\" sebut klub dilansir Express. Akan tetapi, setelah dia dipecat, semua itu seakan isapan jempol. Aiyawatt Srivaddhanaprabha, vice-chairman Leicester mengungkapkan alasan di balik pemecatan ini. Semua murni karena prestasi klub. Meski masih berpotensi lolos ke perempat final Liga Champions, Leicester berjarak satu poin dari zona degradasi. Dalam Piala FA dan EFL Cup pun mereka sudah tersisih. Dikutip The Guardian, putra owner Leicester itu menegaskan bahwa kepentingan klub lebih jadi prioritas ketimbang sentimen pribadi. \"Ini keputusan tersulit yang kami keluarkan di dalam hampir tujuh tahun kami memimpin,\" klaimnya. \"Kami selamanya akan berterima kasih padanya. Prestasi luar biasanya musim lalu harus ditiru musim ini,\" lanjutnya. Lalu, bagaimana hidup Leicester tanpa Ranieri? Untuk sementara, tonggak pelatih dipegang asisten pelatih Craig Shakespeare dan pelatih tim utama, Mike Stoweell. Kedua tangan kanan Ranieri itu berkuasa untuk sementara pada saat klub masih mencari pelatih penggantinya. Tugas pertama mereka adalah saat menjamu Liverpool di King Power, Selasa dini hari nanti WIB (28/2). Sampai tadi malam WIB, media Inggris sudah marak melaporkan calon-calon pengganti Ranieri. Rumah judi Sky Bet, misalnya. Enam nama mereka sebut. Roberto Mancini paling tinggi peluangnya dengan perbandingan taruhan 11/10. Di bawah Mancini, ada Alan Pardew. Mantan pelatih Crystal Palace itu mendapat prediksi di angka 5/1. Sama seperti yang dimiliki Nigel Pearson. Tiga calon pelatih yang lain di antaranya Frank De Boer, Gary Rowett, dan Martin O\'Neill. Mancini dan Pearson jadi dua kandidat kuat. Pearson pernah empat musim menukangi Leicester dari 2011-2015. Dialah pelatih yang mampu mengentaskan Leicester dari Championship musim 2013-2014 sebagai tim juara. Dia dipecat karena skandal seks yang dilakukan putranya James Pearson di dalam pramusim Leicester di Thailand, dua tahun lalu. Akan tetapi, berbicara prestasi, Mancio –panggilan Mancini– lah orangnya. Terlepas dari pengalamannya dipecat City usai juara, setidaknya Mancini berpengalaman menjadi pelatih di Premier League. Sekali juara Premier League, sekali juara Piala FA, dan sekali juara Community Shield jadi persembahannya bagi City. Lagipula, pelatih yang saat ini sedang non job itu, pernah punya memori bermain di King Power (dulu Filbert Street). Saat masih aktif bermain Lazio meminjamkan Mancini selama separo musim. Meski dia hanya bermain empat laga. Selain Leicester, West Ham juga sempat dirumorkan dengannya. Dikutip Daily Mail (4/2), pelatih 52 tahun itu mengaku, dia dapat tiga tawaran dari tiga klub Tiongkok. Hanya, tidak satu pun yang mampu membuatnya berpikir agar cepat melepas masa menganggurnya ini. \"Terima kasih tawarannya. Saat ini saya lebih tertarik dengan liga lainnya, terutama Premier League,\" ungkapnya pada media Italia, La Stampa pada akhir Januari lalu. Jelas itu sinyal bakal merapatnya dia ke salah satu klub Inggris. Siapa yang dipilih? Siapa pun yang jadi pilihan petinggi Leicester nanti, Aiyawatt menginginkan figur tersebut mampu menyelamatkan kejayaan Ranieri yang runtuh pada musim 2016-2017 ini. \"Bertahan di Premier League target utama, dan satu-satunya. Dari 13 pertandingan terakhir ini harus kami maksimalkan,\" harapnya. (ren)

Tags :
Kategori :

Terkait